Mohon tunggu...
Wahyu Fadhli
Wahyu Fadhli Mohon Tunggu... Penulis - Buku, pesta, dan cinta

tulisan lainnya di IG : @w_inisial

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Perang Dingin" Dosen dengan Mahasiswa

7 Mei 2018   22:22 Diperbarui: 8 Mei 2018   14:12 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Seperti itu kira-kira yang diungkapkan oleh Tan Malaka mengenai pandangannya terhadap anak muda. Seorang anak muda sekiranya harus bisa merubah atau memiliki pola pikirnya sendiri karena itulah yang dirasakan perlu untuk menghadapi masa dewasa kelak. 

Dalam beberapa hal seorang pemuda dapat memperoleh atau membentuk pola pikirnya melalui beberapa cara. 

Salah satunya ketika seorang pemuda tengah mengalami sebuah proses pendidikan di bangku sekolah maupun universitas. Dalam hal ini pola pikir pemuda sering terbentuk dikarenakan faktor lingkungan pendidikannya, entah itu melalui teman-temannya, guru atau dosennya, bahkan bisa ditemukan sendiri sesuai dengan tipe seorang pemuda tersebut. 

Seorang mahasiswa mungkin akan memiliki ideologi keagamaan yang sangat kental secara kultural ketika dia memasuki kampus keagamaan dan sering bertukar fikiran dengan teman atau dosen yang memiliki pemikiran seperti itu. 

Ada juga seorang pemuda yang meskipun kuliah di perguruan tinggi agama memiliki konsep pemikiran islam yang kontemporer bahkan cenderung ke kiri, atau mahasiswa-mahasiwa universitas umum yang memiliki ideologi yang benar-benar kiri.

Beberapa ideologi yang cenderung berbeda dari kebanyakan orang, terkadang mengalami beberapa penolakan, meskipun pada dasarnya tujuan dari tiap-tiap ideologi itu adalah sama, yakni menciptakan suatu perubahan yang lebih baik. Seorang mahasiswa yang berfikiran kiri cenderung akan mengalami pengucilan diantara teman-temannya yang berhaluan kanan radikal. 

Bahkan seorang mahasiswa tersebut mengalami beberapa diskrimasi diantara kalangan para dosen. Karena tak pelak dalam dunia akademik di Indonesia saat ini, jika di kalkulasikan jumlah antara kaum intelegensia berhaluan kanan akan lebih banyak daripada kaum intelegensia sayap kiri. Memang jika dilihat status kedua yang sebagai unit-unit akademik tidak seharusnya mempermasalahkan hal tersebut dan diseret dalam lingkup persoalan akademik juga. 

Bisa saja jika perihal perbedaan tersebut dibawa dalam hal non akademik, diskusi bebas misalnya, seorang dosen dan mahasiswa yang memiliki pola pikir yang berbeda bisa saling beradu argumen atau bertukar fikiran dalam forum diskusi tersebut. 

Namun jika persoalannya dibawa sampai ranah akademik, saya dengan tegas akan mengatakan "tidak" untuk hal itu. Dikarenakan oleh kemurnian sebuah bidang yang disebut "akademis" maka segala hal yang berbau kepentingan pribadi harus dibuang sejauh mungkin.

Ketika hal tersebut tetap dilangsungkan, maka disatu titik akan menimbulkan sebuah diskriminasi pendapat, akan ada sebuah pemaksaan kehendak disana. Seorang mahasiswa yang takut perkuliahannya terhambat dikarenakan beda pendapat dengan dosennya akan memilih merubah haluan berfikirnya untuk menyelamatkan perkuliahannya. 

Namun, ketika hal tersebut terjadi pada seorang mahasiswa yang sudah bulat akan pendapatnya akan menentang tegas kejadian seperti itu. Bukan tidak mungkin nantinya akan terjadi clash antara mahasiswa dengan dosennya bahkan dengan sistem pendidikannya. Kemudian akan berujung dengan sebuah ketidak adilan yang dialami oleh mahasiswa tersebut sehingga kuliah atau pendidikannya dipersulit untuk penyelesaiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun