Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cuitan Achmad Zaky dan Salah Kaprah Netizen

16 Februari 2019   19:27 Diperbarui: 16 Februari 2019   20:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://jabar.tribunnews.com

Melalui akun twitternya Zaky (sapaan akrab) menulis kalimat pendek dan sederhana "Presiden Baru". Seandainya saya yang menulis, tidak masalah sebab saya netizen biasa. Tapi si Zaky adalah CEO dari e-commerce Bukalapak, di usianya yang terbilang muda, berhasil menginspirasi ribuan orang karena mampu membangun platform bisnis  dengan omset trilliunan. 

Wajar jika, cuitannya itu menimbulkan polemik dan kekhawatiran bagi sebagian kalangan. Ingat, ini "tahun politik" di mana semua pembicaraan dikontrol, cuitan bisa berujung bully, saling tuding; lapor-melapor hingga masuk bui. Tahun politik itu abu-abu, putih hitam tak dapat dibedakan, semua benar menurut persepsi ke pihak siapa anda lebih condong, pemerintah atau oposisi.

Ibarat buah simalakama, begitulah nasib Zaky. Kalimat sederhana dengan harapan hadirnya pemimpin baru akhirnya menimbulkan polemik, bagaikan bola panas  membakar urat publik. 

Terbakar bagi siapa yang disinggung dan merasa tersinggung dalam pemerintah. Dari kalimat pendek ini meluas dan menjadi trending jagat media, muncul hastag #uninstallbukalapak dan #Installbukalapak. Hastag satu, mereka yang kepanasan atas cuitan Zaky, karena Zaky dianggap berhutang budi pada Jokowi sementara kubu lain merasa bahwa cuitannya merupakan kebebasan ekspresi dan atas pilihan pribadi.

Tak seharusnya ini diributkan, pilihan Zaky sama halnya dengan kepala daerah yang mendukung dengan terang-terangan Jokowi. Bedanya, jika cuitan Zaky itu murni pilihan pribadi, sementara aksi Gubernur/Bupati secara terang-terangan memilih salah satu paslon adalah pelanggaran (bila ikut berkampanye). 

Kini, reaksi berlebihan ditujukan pada dirinya, sedangkan kepala daerah, sepi pemberitaan. Entah, karena media pemerintah yang kepanasan, atau keduanya; pendukung dan perangkat pemerintah yang kali ini "terbakar" oleh cuitan Zaky.

Kita lihat peristiwa ini dari kacamata netral dan berimbang. Cuitan Zaky tersebut tidak lain menyinggung anggaran (budged) pemerintah terkait penelitian pengembangan Research and Development (R&D) yang terbilang sangat minim. Dia (Zaky) membandingkan anggaran (R&D) Indonesia dengan negara-negara maju seperti Amerika, China dan Jepang, yang menggelontorkan jumlah fantastis untuk penelitian pengembangan. Menurut saya pribadi, tidak realistis membandingkan Indonesia dengan negara maju, seperti Amerika dan Jepang.

Negara-negara itu dari sisi ekonomi lebih maju, ditambah dukungan perangkat teknologi maju. Sementara, negara kita masih dalam upaya memperbaiki dan memperkuat sistem lebih baik. Jadi, Zaky seharusnya, sadar diri bahwa masih sulit bagi pemerintah merealisasikan kebijakan penelitian pengembangan ini. Jadi, sulit membayangkan, bagaimana Indonesia sama dengan Amerika, Jepang atau Jerman.

Cuitan Achmad Zaky, tentang anggaran pemerintah dalam riset dan pengembangan yang kemudian menimbulkan kegaduhan. sumber: Celebestopnews.com
Cuitan Achmad Zaky, tentang anggaran pemerintah dalam riset dan pengembangan yang kemudian menimbulkan kegaduhan. sumber: Celebestopnews.com
Cuitan ini sebenarnya merupakan fakta bahwa selama ini sektor penelitian belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Bukan hanya, dari sejak pemerintah Jokowi saja, melainkan jauh sebelumnya, sejak lama anggaran dalam bidang ini sangatlah minim. Tetapi, karena Zaky menyentil soal Revolusi Industri 4.0 yang sedang digalakkan pemerintah, tentu ini kritik bahwa untuk mensukseskan Industri 4.0 bukan hanya omongan agar mengikuti arus global, tetapi pemerintah harus mendorong penelitian R&D untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang menguntungkan.

Zaky sebenarnya menyuarakan harapan bagi peneliti berkompeten namun terkendala dana penelitian pengembangan. Realitasnya, dalam sektor pengembangan teknologi dan inovasi dalam bisnis kita masih sangat minim. Oleh sebab itu, cuitan Zaky tidak lebih dari upaya penyadaran dan atensi "Dana penelitian minim, Industri 4.0 tidak mungkin berjalan bila tidak ada inovasi maka Presiden Baru yang diharapkan". Setidaknya, inilah yang ingin disampaikan Bos Bukapalak itu.  

Terlihat, Zaky gelisah, menyesal dan gusar dengan cuitan yang ditulisnya. Melalui cuitannya, dia menyesal, meminta maaf kepada pendukung Jokowi. Dirinya tidak bermaksud untuk menjatuhkan siapapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun