Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Kita Rendah, Lawan!

26 Februari 2020   20:39 Diperbarui: 26 Februari 2020   20:43 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hal yang baru jika disebut literasi kita rendah. Sudah umum dibicarakan. Permasalahan literasi rendah salah satunya karena minimnya akses terhadap buku. Di masyarakat yang belum menjadikan buku sebagai barang yang penting, kehadiran perpustakaan sangat bermakna. Tak terkecuali dengan adanya keberadaan perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah menjadi jawaban bagi masyarakat dari kota hingga pedesaan, khususnya bagi anak-anak, untuk bisa mengakses buku-buku dengan lebih mudah. Kebijakan terbaru adanya perubahan pengelolaan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) di sekolah memberi harapan baru upaya peningkatan pengembangan perpustakaan sekolah.

Yang perlu menjadi perhatian pihak sekolah dan terlebih peran komite sekolah dalam pemanfaatan dana BOS bukan saja pada fokus kebijakan penggunaan anggaran, melainkan pada peningkatan kualitas perpustakaan. Hal yang paling urgen adalah menciptakan perpustakaan yang nyaman. Selanjutnya, kita bisa memotivasi anak-anak dengan memfasilitasi koleksi buku yang sesuai.  

Buku yang Berkualitas

Pengelolaan perpustakaan di Indonesia masih belum bersemangat. Pengelolaannya belum fokus untuk merespon rendahnya litarasi. Di tingkat kabupaten/kota, baru 33 kabupaten/kota yang memiliki dinas perpustakaan dan kearsipan (ada 514 kabupaten/kota di Indonesia). Di tingkat kecamatan, baru ada 1.658 perpustakaan dari 7.094 kecamatan. Di tingkat desa, ada 33.929 perpustakaan dari total 83.451 desa.

Data tersebut baru menunjukkan kuantitas sebaran perpustakaan. Kita belum mendapat gambaran mengenai kualitas perpustakaan. Kualitas perpustakaan bisa dilihat dari pengelolaannya dan jenis koleksi buku sesuai kebutuhan pemanfaat perpustakaan. Sayang, untuk kebutuhan pengelolaan hingga pemenuhan kecukupan buku yang berkualitas belum terpenuhi. Untuk kelompok perpustakan umum, ketersediaan buku-buku harus memenuhi kebutuhan pembaca dari tingkat jenjang usia berbeda dengan genre buku yang variatif. Ini akan menjadi tantangan tersendiri mengingat kebijakan/pemahaman pengadaan buku masih sebatas memenuhi isi rak-rak buku yang kosong.

Di tingkat sekolah, tak terkecuali. Pengadaan buku-buku seringkali tidak menjawab kebutuhan anak-anak di jenjang usia sekolah dasar. Padahal, lokus sekolah sudah membuat spesifikasi tersendiri yaitu kebutuhan buku-buku untuk jenjang anak usia 6-12 tahun. Ini tidak akan serumit dengan perpustakaan umum yang kebutuhan beragam genre buku dibutuhkan.

Dari observasi saya, pengadaan buku di sekolah baik menggunakan dana DAK (Dana Alokasi Khusus), yang diberi dari Dinas Pendidikan/Perpustakaan terkesan mengabaikan kebutuhan anak-anak. Demikian juga penggunaan dana BOS yang langsung dikelola sekolah juga belum maksimal untuk memenuhi buku sesuai kebutuhan anak-anak. Hal yang sama juga terjadi dari donasi buku yang masuk sekolah, yang seringkali salah sasaran.

Banyak buku yang kurang sesuai jenjangnya. Buku-buku yang diberikan justru buku-buku yang baru bisa dibaca anak-anak usia SMP atau SMA, misalnya buku-buku pengetahuan praktis membuat web, atau design grafis. Untuk jenis buku fiksi, tak jarang ada buku-buku novel pujangga baru seperti Salah Asuhan atau Atheis. Ada juga novel karya N.H. Dini Pada Sebuah Kapal. Masih banyak jenis buku lain yang semestinya dibaca orang dewasa berupa buku-buku agama dan politik.

Kita perlu berhati-hati pada pemilihan koleksi buku untuk anak-anak sekolah dasar. Pandangan umum di masyarakat, juga di sekolah, perpustakaan merupakan tempatnya banyak pengetahuan. Kita menyebutnya sebagai 'jendela dunia'. Jika jendela itu tidak menarik, atau anak-anak tidak menemukan dunia luar yang menarik di luar jendela, pengetahuan nyaris tidak akan dicari anak-anak.

Daya tarik buku perlu diperhitungkan dengan melihat kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan dibaca anak. Pengetahuan mengenai komputer dan internet tentu penting untuk difasilitasi kepada anak melalui buku-buku di perpustakaan. Namun, yang perlu diingat adalah sejauh mana kesulitan teks dan kerumitan isi buku dapat dicerna anak. Anak akan cepat dihadapkan pada pilihan sederhana: mudah dibaca atau membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun