Mohon tunggu...
Wahyu Iskandar
Wahyu Iskandar Mohon Tunggu... Dosen - Researcher

Laa Roiba Fiih

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Insiden Karikatur Nabi Muhammad: Samuel Paty Tidak Bersalah

28 Oktober 2020   11:01 Diperbarui: 28 Oktober 2020   11:10 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samuel Paty seorang guru di Prancis (Sumber: France in New York)

Oleh: Wahyu Iskandar

Seorang guru sejarah di Prancis bernama Samuel Paty dipenggal oleh pemuda muslim Chechnya setelah mendiskusikan gambar karikatur nabi Muhammad di majalah Satir Hebdo kepada peserta didiknya.

Kejadian ini tepat pada hari Jumat 16/10/2020 yang membuat heboh warga Prancis. Dengan kecepatan akses media pada akhirnya insiden ini membuat keributan di berbagai mancanegara.

Samuel Paty dikenal sebagai pengajar yang profesional yang ahli dalam bidang pelajaran sejarah. Semasa hidupnya rekan-rekan sesama guru sering memberi apresiasi atas kemampuan Samuel Paty dalam mengajar.

Pelaku yang membunuh guru tersebut telah diidentifikasi, seorang pemuda imigran yang masih berusia 18 tahun dari Chechnya bernama Abdoulakh.

Apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai guru yang baik tersebut dibunuh?

Paty mengajarkan materi mata pelajaran yang sangat penting bagi pesertadidik, yakni pelajaran sejarah. Diskusi yang sebenarnya baik dalam mengasah potensi pikiran siswa. Diskusi yang mengajarkan siswa kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi. Sejak dasar cara-cara seperti baik dalam melangsungkan merdeka belajar bagi siswa.

Namun, niat baik guru tersebut berakhir tragis dan dianggap salah pada sebagian kelompok ekstrimis. Sebagai guru, tindakan yang dilakukan sudah benar semestinya. Mengingat media belajar itu sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebuah penyampaian ilustrasi dalam pelajaran yang membantu pemahaman sejarah bagi pesertadidiknya.

Pada posisinya tindakan pembunuhan yang dilakukan pemuda tersebut bermental teroris. Minim pemahman dan sentimen dalam beragama. Jika dia muslim yang bijak, tentu proses hukum bisa mengadili Samuel Paty di Prancis. Jika Paty salah dalam mengajar, tentu proses hukum yang berbicara. Apalagi Prancis adalah negara republik semi-presidensial dengan tradisi hukum yang cukup kuat.

Ilustrasi pembacokan Samuel Paty (Sumber: Republika, dalam opini Fahzian Aldevan di KANALACEH)
Ilustrasi pembacokan Samuel Paty (Sumber: Republika, dalam opini Fahzian Aldevan di KANALACEH)
Pada akhirnya huru-hara semua ini disebabkan oleh pemuda ekstrimis tersebut, bukan karena Samuel Paty, tindakan Paty sebagai pengajar sudah benar. Hal yang wajar, negara sekuler dan mayoritas agama kristen Prancis tidak memiliki pandangan yang luas tentang Islam. Maka dalam hal ini Paty hanya mengajarkan apa yang dia pahami sesuai tugasnya sebagai guru di Prancis. Sesuai dasar pemahaman negaranya. Sesuai dengan tradisi akademik bangsanya.

Hidup para guru Indonesia

Pahlawan tanpa tanda jasa.

Allahu Akbar...

Merdeka ....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun