Mohon tunggu...
Wahyudi Adiprasetyo
Wahyudi Adiprasetyo Mohon Tunggu... Sang Pena Tua

Pena tua memulung kata mengisi ruang literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan Musim Kemarau

17 Juni 2025   20:42 Diperbarui: 17 Juni 2025   20:42 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hujan ini adalah pengingat: bahwa hidup bukan tentang kendali, melainkan keselarasan. Bahwa manusia yang tidak lagi bersahabat dengan musim di luar, pasti juga kehilangan musim di dalam dirinya---musim batin yang mengatur kapan harus menabur kasih, dan kapan harus menuai hikmah.

3. Filosofi Ketidakterdugaan: Hujan sebagai Metafora Kehidupan

Dalam hidup, banyak hal datang di waktu yang tidak kita rencanakan. Seperti hujan di musim kemarau. Kita terbiasa menyusun rencana, tapi lupa bahwa kehidupan berjalan dengan cara yang lebih misterius. Ketidakterdugaan bukan gangguan, melainkan seni kehidupan.

Filsuf eksistensialis seperti Sren Kierkegaard dan Albert Camus berbicara tentang absurditas hidup. Namun mereka juga mengajak kita untuk menerima absurditas itu sebagai bagian dari pencarian makna. Hujan yang datang tanpa jadwal adalah absurditas kecil, tetapi justru di sanalah hidup menunjukkan wajah aslinya: tidak bisa ditebak, tetapi bisa direnungi.

Seperti penderitaan, kehilangan, dan cinta yang tak berbalas---semuanya datang seperti hujan di kemarau. Tidak diminta, tidak disiapkan, tetapi justru membuka ruang untuk transformasi batin.

4. Keberlimpahan di Tengah Kekeringan: Sebuah Paradoks Ilahi

Jika kita renungkan lebih dalam, hujan di musim kemarau adalah tanda kasih karunia yang melampaui logika. Ia menyuburkan tanah yang seharusnya tandus, membasuh dedaunan yang nyaris luruh, dan memberi air pada ladang yang mulai putus asa.

Barangkali, dalam hidup ini, kita pun sering mengalami musim kering secara emosional, spiritual, bahkan sosial. Namun tiba-tiba, tanpa alasan jelas, datanglah kebaikan. Seseorang menolong. Sebuah pesan menguatkan. Sebuah doa dijawab. Seperti hujan di musim kemarau---kasih Tuhan kerap datang di luar musim.

Maka jangan mengeluh jika hidup tak berjalan sesuai jadwalmu. Justru dalam ketidaktepatan itulah kadang anugerah menemukan jalannya.

5. Refleksi untuk Manusia Modern: Belajar dari Langit

Jika langit saja bisa berubah, kenapa manusia terlalu kaku dalam hidupnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun