Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Penyu dan Dua Sejoli Difabel di Pulau Cangke

12 Maret 2018   21:50 Diperbarui: 14 Maret 2018   00:53 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pasangan suami istri ini terbilang unik karena dua-duanya merupakan penyandang disabilitas, namun dalam bekerja saling membantu dan melengkapi.

"Saya ini buta sudah belasan tahun lalu, sementara istri saya pendengaran tidak begitu bagus. Kalau istri saya keliling pulau dapat lubang ia segera bilang, saya kemudian tunjukkan caranya dipindahkan," kata Daeng Abu sambil tertawa.

Mereka berdua juga kerap memancing di sekitar pulau. Daeng Abu, dengan keterbatasannya masih menemani istrinya melaut dengan perahu kecil mereka.

"Istri saya tak bisa berenang jadi takut melaut sendirian, saya menemani mengayuh perahu, dia yang memancing," tambahnya.

Daeng Abu sendiri telah berada di pulau tersebut sejak tahun 1972 sebagai seorang  buangan karena menderita kusta. Sebelumnya ia tinggal di Pulau Pala, tak jauh dari pulau tersebut. Tak tahan melihat kesendirian Daeng Abu, istrinya Maidah kemudian menyusul untuk menemani. Mereka dikaruniai enam orang anak, namun sayangnya hanya seorang saja yang hidup.

"Anak saya sekarang di Pulau Pala, ia punya usaha kepiting. Ia punya sembilan orang anak dan paling bungsu sekarang akan kuliah di Pangkep," ungkap Daeng Abu bangga.

Perihal kebutaannya, Daeng Abu bercerita, sekitar tahun 2000 ia sedang sakit mata biasa ketika seorang datang mengetuk rumahnya. Orang itu adalah pemilik sebuah kapal yang jangkarnya tersangkut di terumbu karang dan butuh seorang penyelam handal untuk melepaskannya.

Daeng Abu memang dikenal sangat handal dalam menyelam dan sudah sering dimintai bantuannya dari nelayan-nelayan yang sedang bermasalah di laut.

"Saya sudah sampaikan kalau sedang sakit mata, namun orang itu tetap memaksa karena tak ada pilihan bantuan dari tempat lain."

Terdorong oleh rasa iba dan Daeng Abu yang tidak bisa melihat kesusahan orang lain memutuskan untuk membantu, meskipun ia tahu resiko besar menantinya dengan matanya yang lagi sakit.

"Setelah menyelam itu sakit mata saya semakin parah dan tidak mau sembuh, dan malah kemudian tidak bisa melihat sampai sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun