Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Penyu dan Dua Sejoli Difabel di Pulau Cangke

12 Maret 2018   21:50 Diperbarui: 14 Maret 2018   00:53 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Menurut Solotang, sejak ditetapkan sebagai kawasan konservasi penyu, Pulau Cangke menjadi surga bagi penyu-penyu yang datang bertelur di musim-musim tertentu. Larangan penangkapan penyu ataupun pengambilan telur penyu cukup efektif menambah populasi penyu di daerah tersebut dan pulau-pulau sekitarnya.

"Terhitung sejak 2015 lalu sudah ada sekitar 1.000-an tukik yang kami rilis ke alam. Ada sekitar 19 lubang di sekitar pulau. Setiap lubang bisa sampai ratusan telur meski yang menetas hanya sebagian atau tak cukup separuhnya."

Untuk melindungi lubang-lubang penyu tersebut, Solotang bersama dengan Daeng Abu dan istrinya biasanya membuat pagar kecil dari ranting-ranting kayu.

"Itu untuk melindungi telur dari predator, termasuk dari warga yang kebetulan melintas. Kalau dipagari artinya itu tak bisa diganggu," jelas Solotang.

Ancaman terhadap keberadaan penyu dan tukik memang selalu ada. Penangkapan penyu besar masih kadang terjadi, begitupun dengan pengambilan telur.

"Namun sejak kami banyak operasi, penangkapan penyu dan pengambilan sudah mulai berkurang. Kita aktif sosialisasi di pulau-pulau sekitar. Ada ancaman hukumnya."

Penangkapan penyu, yang bisa berukuran panjang 1,5 meter, biasanya untuk diambil batoknya untuk bahan pembuatan aksesoris, seperti cincin dan mata kalung. Sementara telur penyu untuk dikonsumsi.

"Ada semacam kepercayaan di sini kalau telur penyu bisa menambah vitalitas laki-laki. Ada juga yang ambil untuk sekedar lauk, khususnya masyarakat yang ada sekitar sini."

Konservasi penyu di Pulau Cangke sendiri dimulai pada tahun 2015 lalu atas inisiatif Kapolres Pangkep yang saat itu dijabat oleh Hidayat. Hidayat dikenal sebagai pejabat polisi yang perduli lingkungan dan tegas terhadap praktek illegalfishing dan destructivefishing di sekitar perairan Pangkep.

"Ketika Pak Hidayat melihat pulau ini, beliau menganggap cocok untuk konservasi penyu. Makanya kemudian dibangun pos pengawasan dan gazebo-gazebo untuk pengunjung yang datang."

Untuk membantu dalam pengawasan, maka Hidayat kemudian melibatkan masyarakat setempat, yaitu Daeng Abu dan istrinya Maidah. Sepasang suami istri inilah yang kemudian setiap hari mengeliling pulau mencari lubang-lubang penyu untuk dijaga dan dipindahkan di kolam penangkaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun