Mohon tunggu...
Wahyu PurnomoAji
Wahyu PurnomoAji Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pemerhati masalah Sosial dan Lingkungan Hidup

Komunitas Guru Kebinekaan YCG Jakarta, Pendidik di SMK Fransiskus 1 YSF Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ilmu adalah Titipan Ilahi

20 Maret 2021   08:22 Diperbarui: 7 Februari 2023   19:14 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Lukisan karya Syerrina  Siswi SMK Fransiskus 1

Sebenarnya ilmu dan pengetahuan serta semuanya yang melekat pada diri kita termasuk harta benda itu hanya sekedar titipan... Jadi yang merasa paling hebat, punya ilmu paling tinggi atau pengetahuan luar biasa segeralah di kembalikan kepada sang pemilik ilmu...
Karena pada dasarnya ilmu dan pengetahuan itu tidak ada...
Semakin dicari maka semakin kosong... 

Dalam kejawen ilmu atau "ngelmu" berati "angel tinemu" atau sulit ditemukan. Maksud keilmuan disini adalah tinjauan psikologis bukan sains ataupun teknologi.

Ilmu ibarat angin dan mengejar bayangan, semakin dikejar maka semakin jauh...  Semakin di banggakan maka semakin sombong...

Ingatlah bahwa kita ini umat akhir zaman...
Ilmu dan pengetahuan adalah tirai hijab yang terkadang membatasi pergaulan kita bila salah dalam penerapan ilmu tersebut, dan dampaknya kita bisa semakin jauh dengan Allah...

Ilmu ibarat frekuensi dan harus sejalan dengan Ridho ilahi,
mengapa kita sesekali harus mengembalikan ilmu tersebut kepada Sang Hyang punya ilmu, karena terkadang frekuensi atau sinyal gelombang dari kita terkadang berbeda untuk itu diperlukan "connect" penyatuan persamaan frekuensi.

Ada pepatah carilah ilmu hingga ke negeri seberang sampai daratan China, ada juga pepatah banyak jalan menuju ke Roma.
Dua pepatah itu memang tidak pernah terpatahkan, tapi ternyata itu hanyalah kiasan karena ilmu yang sebenarnya ada didalam hati nurani kita dan penggalian ilmu itu harus sejalan dengan olah pikir dan olah bathin dengan mengedepankan hati yang tulus dan ikhlas.
Kerena dengan ketulusan dan keikhlasan hati, pribadi kita yang sesungguhnya akan muncul, karena hati nurani senantiasa berlaku jujur dan tanpa ada kemelekatan nafsu duniawi, tanpa "prasangka".
Hati nurani adalah inti dari roh kita yang dihembuskan oleh sang Pencipta.
Dia tidak sombong dan tidak ingin disombongkan...
Hati kita tidak pernah menginginkan diunggulkan, dia tidak memegahkan diri.


Hati yang baik menghasilkan pemikiran yang baik. Pikiran baik menghasilkan perilaku dan perkataan yang baik demikian sebaliknya.
Tetapi perlu kita renungkan bersama bahwa Tuhan Sang Pencipta tidak pernah menciptakan anak manusia dengan hati yang tidak baik, karena kita semua berasal dari "ROH" yang sama yang diciptakan Tuhan.

Ada beberapa orang yang berperilaku menyimpang, suka mencela, merendahkan orang lain itu bukannya hatinya buruk tetapi karena  hatinya masih tertutup oleh kemelekatan merasa lebih tinggi derajatnya.
Padahal semakin kita tinggi hati orang akan merendahkan kita.
Kita harus mengutamakan keseimbangan olah "Roso" merasa, merasakan dan "ngrumangsani".

Ada pepatah di atas langit masih ada langit, ini benar karena suatu saat langit (cakrawala) sekumpulan awan yang paling tinggi itu akan turun dan digantikan oleh langit dibawahnya.
Waktu ada masanya dan masa ada waktunya, tak ada pesta yang tiada akhir.
Semuanya hanyalah titipan ilahi kita harus mempertanggung jawabkan titipan tersebut kelak di akhir zaman...

Bekasi, 20 Maret 2021

Wahyu Aji
(Orang bodoh yang  ingin belajar mencari jatidiri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun