Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pasar Buah Dadakan, Hanya Ada di Bulan Ramadan

27 Mei 2018   15:54 Diperbarui: 27 Mei 2018   15:59 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar buah dadakan, yang hanya berjualan saat bulan ramadan di sepanjang jalan pantura Demak-Kudus Jawa Tengah. (Foto: dokpri).

Hari Minggu. Hari ini ramadan memasuki hari ke sebelas. Sepertiga pertama dalam ramadan telah kita lalui. Tidak terasa. Padahal, sepertinya baru kemarin awal ramadan, loh. Kok sudah hari ke sebelas. Duh, jadi baper nih. Betapa cepat waktu berlalu. Ihiks.

Seperti biasanya saat hari libur atau hari Minggu, saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah orang tua. Jarak yang ditempuh menuju rumah orang tua hanya 75 km. Atau sekitar dua jam. Sudah biasa. Nah, yang tak biasa adalah saat melewati jalur pantura, jalan yang biasa saya lalui menuju rumah orang tua.

Ketika memasuki jalan pantura selepas kota Demak menuju kota Kudus, di sepanjang jalan banyak yang berjualan buah. Seperti semangka, melon, blewah, dan timun suri. Banyak tenda baru dibuat untuk lapak berdagang buah-buahan tersebut. Pasar buah dadakan. Di tahun-tahun sebelumnya, memang pasar buah dadakan ini telah lama ada. Sudah bertahun-tahun. Tetapi mereka berdagang hanya pada saat bulan ramadan saja.

Biasanya buah-buahan tersebut diambil langsung dari petani. Terutama buah semangka dan blewah. Karena lokasi yang dipakai untuk berjualan, dekat dengan area persawahan. Mungkin mereka sengaja menanam buah tersebut, dengan hitungan masa panen bersamaan dengan bulan ramadan datang. Jadi, pas ramadan, pas panen buah-buahan. Dan bisa di pasarkan.

Buah semangkan masih bertumpuk. Baru saja dipanen. Harga per kilonya lima ribu rupiah. (Foto: dokpri).
Buah semangkan masih bertumpuk. Baru saja dipanen. Harga per kilonya lima ribu rupiah. (Foto: dokpri).
Saya berhenti. Kebetulan saya ingin membeli buah semangka buat berbuka nanti, juga untuk buah tangan. Awalnya saya berhenti di lapak buah semangka. Tampaknya mereka baru saja panen. Karena semangka dibiarkan bertumpuk. Belum tertata layaknya penjual buah.

Benar saja. Saat saya tanya ke penjualnya, ia bilang baru panen kemarin sore. Segera saja saya memilih buah semangka yang bertumpuk. Tetapi saya malah bingung. Biar penjualnya saja yang memilihkan.

Memang bagaimana caranya bisa tahu semangka yang bagus? tanya saya. Katanya bunyinya berbeda. Ibu tadi memilih semangka dengan cara memukulnya pelan, dengan di dekatkan ke telinga. Insting karena terbiasa, yang bisa membuatnya tahu buah semangka yang bagus. Wah, begitu ya?

"Satu kilonya berapa, bu?" tanya saya. "Semangka lima ribu rupiah per kilonya." jawabnya. Segera saja, saya iyakan, tidak pakai nawar. Murah banget. Karena langsung dari petaninya. Nah, semangka yang dipilihkan tadi, beratnya lima kilogram. Hem, berat juga, ya? Jadi satu buah semangka besar dua puluh lima ribu rupiah.

Ada timbangan gantung sederhana berada di sana, untuk menimbang buah semangka. Jika membeli dalam jumlah banyak, ia menjualnya per biji. Lebih murah. Biasanya, pembeli dalam jumlah banyak akan menjualnya kembali di toko buah miliknya.

Ibu Sri sedang menimbang buah semangka dengan timbangan gantung sederhana. Buah semangka besar bisa mencapai lima kilogram. (Foto: dokrpi).
Ibu Sri sedang menimbang buah semangka dengan timbangan gantung sederhana. Buah semangka besar bisa mencapai lima kilogram. (Foto: dokrpi).
Lalu saya membeli dua buah. Untuk saya sendiri dan untuk oleh-oleh. Eh, dapat bonus dari ibunya satu buah semangka kecil. Alhamdulillah. Baik hati sekali. Saya tanya namanya, ibu Sri. Sudah lama berjualan semangka. Tetapi hanya saat panen saja dan waktu panen itu saat bulan ramadan. Terimakasih ya, bu. Semoga laris manis jualannya. Ibu Sri tersenyum.

Saya meneruskan perjalanan. Baru beberapa meter, saya penasaran dengan buah yang berwarna kuning memanjang. Saya berhenti kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun