Mohon tunggu...
Wahyu Bramastyo
Wahyu Bramastyo Mohon Tunggu... -

menjalani hari-hari dengan pekerjaan rutin sebagai konselor, dan guru. mengisi waktu senggang dengan membaca, nulis, maen game, jalan-jalan, nonton TV, dan bobok. suka banget sama mendung, kopi, novel, dan nonton Travel & Living ato Oprah Winfrey Show sangat berharap sesering mungkin terjebak dalam rumah ketika hari hujan bersama sofa besar, selimut flanel, kopi dan novel yang bagus. pengen banget dalam hidup jadi orang kaya, yg nyantai, produktif nulis, membaca banyak buku, menjelajahi banyak tempat menarik, bisa terus mengajar, menghidupkan pendidikan, dan menjalankan aktivitas konseling, punya yg nyaman rumah di gunung yg udaranya sejuk, punya jendela besar buat ngeliat air pas turun hujan sambil ngopi, peprustakaan pribadi yang nyaman untuk duduk2 baca buku atau mendiskusikan buku dengan teman-teman, wkakakak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Berjalan ke Dalam Bersama Batik Kawung

10 Oktober 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Urip ning Jakarta kudu kelingan Don asalmu seko ngendhi..(hidup di Jakarta harus inget Don asalmu dari mana) kata saya sambil memakaikan kain jarik oleh-oleh dari Jogja di kaki Doni. Kalau nggak begitu nanti kamu hilang ditelan kecepatan hidup kota Jakarta. Semua benda-benda eksternal itu bukan diri kita , semakin kita mengidentikkan diri dengan benda-benda eksternal, semakin kita kehilangan kemerdekaan kita. ..

Sebelum balik ke Jakarta setelah libur lebaran seminggu plus cuti seminggu karena pernikahan kakak saya, saya dan Mamah menyempatkan diri membeli sarung batik buat oleh-oleh dan buat diri sendiri. Mamah beli tiga batik satu untuk teman saya Doni karena sudah banyak membantu saya selama ini, satu buat saya dan satu buat dirinya sendiri. Coraknya beda-beda, tapi ketiganya bermotif sama, KAWUNG.

Kawung adalah motif batik bergambar kembang kolang-kaling (bunga pohon aren). Pohon aren, dari akar, batang, buah, dan daunnya semua bisa dimanfaatkan. Mengingatkan kita sebagai manusia untuk melihat lagi apa yang ada dalam diri kita, dan setiap senti yang kita miliki hendaknya kita pikirkan bagaimana kebermanfaatannya untuk sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita pikirkan setiap senti potensi yang kita miliki bagaimana memaksimalkannya untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Manusia terkadang terjebak merendahkan potensi yang dimilikinya dan meng-iri kan potensi yang dimiliki orang lain. coba perhatikan lagi kemampuan kita berpikir, bicara, menulis, menggambar, membuat puisi, fotografi, menghitung, ilmu yang pernah kita pelajari di bangku kuliah, dll....semuanya dapat dimanfaatkan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Kawung juga mengingatkan kita bahwa setinggi-tingginya manusia meraih sesuatu di dunia ini, pada akhirnya kita semua akan kembali ke alam Sawung (alam akhirat). Itu kenapa batik ‘kawung lawasan’ kadang dipakai sebagai jarik penutup orang mati. Apa jadi menakutkan ? kalau buat saya tidak. Saya malah berterimakasih kalau ada yang mengingatkan bahwa dunia ini tidak selamanya, hanya semacam panggung tempat kita sebagai aktor memainkan peran yang Tuhan tetapkan untuk kita mainkan. Jadi saya sebagai manusia selalu ingat untuk semeleh menjalani hidup, tidak ‘kadonyan-donyan’ (menggilai dunia). Usaha maksimal dengan setiap potensi yang dititipkan pada kita itu wajib. Untuk memakmurkan dunia, sebagai khalifah kita musti berbuat yang terbaik dengan yang kita miliki, tapi mengenai hasil dan apa yang kita peroleh, itu bukan urusan kita. Penting sekali buat saya yang hidup di Jakarta untuk ‘nggondheli’ (memegang teguh) hal-hal ini.

Selalu beda rasanya melakukan sesuatu untuk orang lain dengan melakukan seuatu untuk kepentingan diri sendiri. Dalam hal semacam ini perlu memperhatikan betul lintasan hati. Karena ada kalanya kita melakukan sesuatu untuk diri sendiri tapi sebenarnya demi kebaikan banyak orang. Ambilah contoh apa yang terjadi pada persiapan pernikahan kakak saya beberapa waktu yang lalu. Saat itu, Mamah saya memegang peranan dalam mengkomando banyak orang, ketika dengan peran semacam ini dia menjadi mudah cemas, dan panick attack, maka banyak situasi akan jadi lebih sulit dan energi negatifnya menyebar ke orang-orang lain yang berada di bawah komandonya. Di satu kesempatan saya menarik Mamah saya mauk ke kamar,“Dalam situasi seperti ini, rileks itu jadi penting Mah, karena kalau Mamah panik situasinya jadi tambah buruk. Nek Papah ngendhiko “aku wis ngerti !”, nggih sampun kajenge Papah sing mikir, Mamah mikir liyane mawon sing dereng dipikir . Nek saged sare, sare mawon”, kata saya pada Mamah waktu itu.

Sare (tidur) adalah perbuatan untuk diri sendiri, tapi dalam situasi tersebut, dengan tidur dan menjadi rileks akan membuat diri sendiri menjadi lebih positif sehingga memiliki dampak positif juga ke orang-orang lain. di waktu yang lain kita bisa saja terlihat seolah melakukan sesuatu untuk banyak orang, tapi sesungguhnya sedang melakukannya untuk kepentingan sendiri.

Belajar dari motif KAWUNG, belajar hidup tidak di permukaan. Belajar tidak mengidentikkan diri dengan external things. Karena kita bukan benda-benda canggih itu, karena kita bukan gelar-gelar di belakang nama, karena kita bukan setiap merk yang tertera di sepatu, handphone, dasi, dan kemeja yang kita pakai. Jika kita menggunakannya , pastikan betul kita paham tujuannya dan cara memaksimalkannya untuk kemslahatan, jangan menjadi terikat dengannya. Memerangkap diri kita dengan hal-hal eksternal ini sama saja dengan menggadaikan kemerdekaan kita, kedamaian kita, identitas sejati kita sebagai manusia dan value yang terkandung di dalamnya.

.......saya lipat Kawung lawasan yang baru saja saya gelar untuk diamati berlama-lama, menikmati setiap lekukan dan makna apa yang ingin disampaikannya. Di rak tengah lemari baju, saya letakkan di tumpukan paling atas supaya setiap kali saya ganti baju sehabis mandi, saya diingatkan untuk kembali ‘ke dalam’.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun