Mohon tunggu...
Wahyu Satrio Ardiko
Wahyu Satrio Ardiko Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Seorang Civil Engineer yang berkecimpung di bidang sumber daya air. Mempunyai ketertarikan lebih di isu lingkungan, infrastruktur, sosial dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mobil Esemka: Bangga... Tapi Tidak Mendukung

10 Januari 2012   09:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:05 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sudah tidak asing lagi di telinga kita akan mobil Esemka ini. Belakangan ini nama ini sering muncul di media massa, bahkan selain mobil buatan SMKN 2 Surakarta ini mulai bermunculan produk-produk dari SMK-SMK lain yang sampai saat penulis menulis ini, ada berita tentang sebuah SMK di Bandung yang sudah memproduksi pesawat terbang.

Mungkin bisa dikatakan layaknya jamur di musim hujan, tapi sepertinya ini adalah jamur shitake yang mempunyai nilai tinggi. Sebuah pencapaian yang luar biasa ini memang bernilai tinggi. Dengan bermunculan berbagai macam produk SMK akan meningkatkan persaingan SMK dan akan menimbulkan peningkatan kualitas. Kita semua sebagai warga negara Indonesia tentunya bangga atas prestasi yang dilakukan anak bangsa ini. Sampai-sampai para pejabat negara latah untuk memakai mobil ini setelah walikota Solo, Joko Widodo, memakainya sebagai kendaraan dinas. Setelah itu juga dikabarkan mobil Esemka kebanjiran order, mereka mendapatkan order sampai 10ribu unit. Sebuah pencapaian yang luar biasa.

Namun tidakkah kita merasa aneh dengan fenomena ini?

Kita lihat di Indonesia sekarang ini, khususnya pulau Jawa, kota-kota di pulau Jawa sekarang ini sangat familiar dengan yang namanya macet, terutama kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dll. Beberapa tahun lalu saat fenomena macet ini baru muncul, banyak pengguna mobil berbondong-bondong membeli sepeda motor, dengan maksud agar tidak terkena dampak macet. Tapi yang sekarang terjadi adalah, seperti kita lihat di Jakarta, sepeda motor pun sudah tidak bisa bergerak luluasa seperti dahulu. Sepeda motor pun ikut terkena dampak macet. Dan yang terjadi sekarang adalah masyarakat sudah menerima fenomena macet, seakan hidup mereka sehari-hari memang harus berhubungan dengan macet. Lantas pemikiran para pengguna kendaraan pribadi berubah, yang mereka inginkan sekarang berubah, yakni bagaimana mereka dapat nyaman dalam kemacetan. Dengan kenaikan pengguna kendaraan pribadi memang membuat orang sudah berpikir bahwa mustahil untuk terhindar atau lolos dari macet dengan mudah, sehingga yang dipikirkan adalah bagaimana mereka nyaman saat macet itu. Terbukti jika kita lihat bengkel-bengkel automotif yang ahli audio, ramai sekali orang-orang yang ingin mobilnya dilengkapi fasilitas audio yang baik, karena memang ini salah satu hal yang bisa membuat kita nyaman di jalanan.

Kembali ke mobil Esemka, dengan munculnya mobil-mobil dengan harga yang lebih terjangkau ini akan membuat para pengguna sepeda motor berpindah ke mobil. Dengan kondisi perekonomian masyarakat kota sekarang ini tidak mustahil untuk mereka pindah ke mobil. Pertama permohonan kredit sekarang lebih mudah. Kedua kondisi perekonomian masyarakat di kota cenderung baik, bisa dilihat dari kejadian rusuhnya launching sebuah handphone di Jakarta beberapa waktu lalu yang kalau diperhatikan mulai dari kalangan menengah ke bawah pun berniat mengantri di sana.

Bayangkan jika sepeda motor-sepeda motor tergantikan dengan mobil-mobil, akan makin padat lalu lintas kita.Padahal jika mau diteliti lebih jauh, kemacetan ini adalah salah satu sumber masalah-masalah ekonomi dan sosial di negara kita.

Di kota-kota terlihat perekonomian sangat baik, berbeda dengan daerah pelosok. Hal ini disebabkan karena kegiatan distribusi yang kurang baik. Jika sehari-hari saja untuk ke daerah pinggiran sudah terkena macet, bagaimana untuk mencapai pelosok. Makanya lucu jika ada demo menuntut kesejahteraan rakyat kecil, tapi demo itu justru membuat kemacetan memparah. Memang selain kemacetan, persebaran infrastruktur belum merata, namun kembali lagi hal ini juga sangat bisa disebabkan oleh kemacetan. Pengalaman orang-orang di Jakarta, beberapa tahun yang lalu mereka dapat menghadiri rapat sampai 4-5 kali sehari. Tapi sekarang hanya bisa sekali, 2 kali pun sudah sukur. Hal ini karena kemacetan yang makin parah. Padahal rapat apa pun itu selama di jalan yang benar pasti akan membuahkan hasil. Tidak menutup kemungkinan juga rapat-rapat itu membicarakan masalah penangan sosial dan sebagainya. Yang seharusnya dulu bisa mungkin sehari dapat mengeluarkan kesepakatan bersama, sekarang butuh waktu 4-5 hari. Tidak hanya bagi mereka yang rapat, seperti pedagang kecil pun juga merasakan hal yang berbeda ketika sekarang dan dulu. Miris, MP3EI yang dinilai baik namun konon masalh transportasi hanya dibahas sangat singkat, kalau tidak salah hanya beberapa baris dalam satu paragraf.

Dengan kondisi Indonesia yang seperti ini, kemunculan mobil Esemka dinilai kurang tepat. Kemunculan ini seperti kemunculan teknologi senjata api yang akan menyulut peperangan, yang berbeda adalah mobil seperti musuh dalam selimut. Mobil Esemka ini seharusnya dijadikan langkah awal untuk pengembangan produksi Bus. Berbeda dengan mobil, bus justru akan berdampak sangat baik. Alasan klasik yang muncul ketika orang-orang ditanya kenapa lebih memilih kendaraan pribadi bukan kendaraan umum, yaitu karena kendaraan umum tidak nyaman dan aman. Padahal sebagai pelaku usaha di bidang transportasi umum mereka tidak mampu berbuat banyak, mengingat harga bus baru lumayan mahal. Bayangkan jika SMK-SMK di Indonesia bersaing dalam pembuatan bus yang baik dan terjangkau. Lebih jauh lagi kebijakan pembatasan BBM di Indonesia juga bisa berjalan baik.

Dengan digunakannya bus sebagai moda utama di perkotaan kita selain menghemat bahan bakar dan mengurangi kemacetan, juga akan berdampak baik kehidupan sosial masyarakat kita. Sebuah penelitian kecil-kecilan terhadap para pengguna kendaraan pribadi, tingkat emosi dan egois para pengguna kendaraan pribadi meningkat, terutama sekarang saat kemacetan sudah makin parah. Dengan pemakaian bus jelas akan meredam hal tersebut, masyarakat tidak perlu stress menghadapi macet, dan juga akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial ini yang dinilai salah satu akar keburukan moral kita. Sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat sudah berkurang. Coba saja jalan-jalan di tempat umum.

Kalau kita lihat masalah yang lagi hangat sekarang, masalah teror, hal ini juga sebenarnya berakar dari masalah ekonomi yang didukung oleh masalah sosial. Dengan pengurangan kemacetan, walaupun tidak secara cepat tapi akan berdampak baik insya Allah.

Akhir kata sekali lagi saya ucapkan selamat atas berprestasinya SMK-SMK kita. Namun jangan langsung terlena dengan kebanjiran order yang banyak itu, tekan emosi agar tidak langsung memproduksi mobil dalam jumlah banyak (susahnya mengurus perizinan di negara kita tidak selamanya buruk sepertinya). Mari kita sama-sama menggerakkan anak bangsa kita untuk memproduksi bus ketimbang mobil yang insya Allah akan berdampak baik dari berbagai sektor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun