Mohon tunggu...
Wahyu Triono KS
Wahyu Triono KS Mohon Tunggu... Dosen - Peofesional

Founder LEADER Indonesia, Chief Executive Officer Cinta Indonesia Assosiate (CIA) Dirut CINTA Indonesia (Central Informasi Networking Transformasi dan Aspirasi Indonesia). Kolumnis, Menulis Buku 9 Alasan Memilih SBY, SBY Sekarang! Satrio Piningit Di Negeri Tuyul, JK-WIRANTO Pilihan TERHORMAT, Prabowo Subianto Sang Pemimpin Sejati, Buku Kumpulan Puisi Ibu Pertiwi dan menjadi Editor Buku: Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia, Transformasi BPJS: “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”, Buku Mutu Pekerja Sosial Di Era Otonomi Daerah, Buku Dinamika Penye-lenggaraan Jaminan Sosial Di Era SJSN, Buku Kebijakan Publik (Teori Analisis, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan (Penulis Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc). Buku BPJS Jalan Panjang Mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (Penulis dr. Ahmad Nizar Shihab, Sp.An). Buku Kembali Ke UUD 1945 (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku KNPI & Pemuda Harapan Bangsa (Penulis Robi Anugrah Marpaung, SH. MH). Menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan 1998-1999, Ketua PB HMI 2002-2004, Koordinator MPK PB HMI 2004-206 dan Wakil Sekretaris Jenderal DPP KNPI 2008-2011.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Profesi Politisi

17 Januari 2019   21:59 Diperbarui: 17 Januari 2019   22:04 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: WAHYU TRIONO KS
Unas Jakarta, Assistace Campaign Manager SBY Runing Presidential Candidate 2004, Surveyor and Consultant winnER (Wadah Informasi Networking Netizen Edy Rahmayadi)

Jelang debat kandidat Presiden dan mengamati fenomena hubungan publik dan republik dalam kompetisi demokrasi, tiba-tiba saja seolah hampir semua orang merasa menjadi ahli, pakar dan praktisi politik dan manajemen kampanye.

Ternyata pemilu serentak memberi efek bagi tumbuhnya kesadaran dan kecerdasan politik bagi masyarakat.

Demokrasi dengan pemilihan secara langsung membawa kita pada suatu realita bahwa siapa pun bisa menjadi pemimpin -mengadop istilah Almarhum Yon Inf. Hotman Limbong dalam bukunya: Siapa pun Bisa Jadi Presiden!- diterbitkan setelah sukses mendirikan konsultan kampanye pertama di Indonesia dan menghantarkan Pak SBY menjadi Presiden RI pertama (2004-2009).

Fenomena siapa pun bisa menjadi pemimpin sebagai potret dari keinginan berbagai kalangan lintas stratifikasi sosial, di lihat dari profesi mulai dari aktivis, artis, tokoh akademis, pekerja politik, pengusaha, agamawan dan seterusnya. 

Lintas jenjang pendidikan dari yang hanya tamatan SLTA, bergelar sarjana, master, doktor, profesor sampai yang beriijazah palsu, lintas generasi dari yang muda sampai dengan yang sudah uzur merasa pas dan pantas mengisi jabatan di legislatif dan eksekutif.

Apakah fenomena ramainya orang ingin menjadi pemimpin di legislatif dan eksekutif sebagai parameter demokrasi yang sedang bertumbuh?

Boleh jadi fenomena ini adalah bagian dari eforia yang tengah dinikmati oleh bangsa Indonesia, dengan berbagai potensi, konvensi, koalisi bagaimanapun tetap hikmat dan menikmati kompetisi demokrasi.

Realitas empiris membuktikan bahwa mayoritas para kandidat pemimpin baik yang akan mengisi posisi legislatif dan eksekutif itu harus berusaha tetap tegar dan MANTAP (Maju Aja Nekat Tanpa Ada Persiapan), atau harus tetap MANTAB (Maju Aja Ngabisin Tabungan Akhirnya Berantakan).

Fenomena demokrasi gila semacam ini tersuguh di hadapan para pemilih yang dibikin gila dengan banyaknya pilihan kandidat, dari partai mulai DPRD sampai dengan DPR RI, DPD RI dan Presiden RI dan Wakil Presiden RI.

Demokrasi telah menyita waktu, pikiran, energi, dana dan semua potensi bangsa ini untuk memenuhi hasrat sebagai negara paling berdemokrasi dan semua orang merasa pas dan pantas untuk menjadi pemimpin, semua orang merasa ahli, pakar dan menjadi praktisi politik dan manajemen kampanye dan ingin beralih profesi menjadi politisi dan praktisi politik demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun