Oleh: WAHYU TRIONO KS
Unas Jakarta, Assistace Campaign Manager SBY Runing Presidential Candidate 2004, Surveyor and Consultant winnER (Wadah Informasi Networking Netizen Edy Rahmayadi)
Jelang debat kandidat Presiden dan mengamati fenomena hubungan publik dan republik dalam kompetisi demokrasi, tiba-tiba saja seolah hampir semua orang merasa menjadi ahli, pakar dan praktisi politik dan manajemen kampanye.
Ternyata pemilu serentak memberi efek bagi tumbuhnya kesadaran dan kecerdasan politik bagi masyarakat.
Demokrasi dengan pemilihan secara langsung membawa kita pada suatu realita bahwa siapa pun bisa menjadi pemimpin -mengadop istilah Almarhum Yon Inf. Hotman Limbong dalam bukunya: Siapa pun Bisa Jadi Presiden!- diterbitkan setelah sukses mendirikan konsultan kampanye pertama di Indonesia dan menghantarkan Pak SBY menjadi Presiden RI pertama (2004-2009).
Fenomena siapa pun bisa menjadi pemimpin sebagai potret dari keinginan berbagai kalangan lintas stratifikasi sosial, di lihat dari profesi mulai dari aktivis, artis, tokoh akademis, pekerja politik, pengusaha, agamawan dan seterusnya.
Lintas jenjang pendidikan dari yang hanya tamatan SLTA, bergelar sarjana, master, doktor, profesor sampai yang beriijazah palsu, lintas generasi dari yang muda sampai dengan yang sudah uzur merasa pas dan pantas mengisi jabatan di legislatif dan eksekutif.
Apakah fenomena ramainya orang ingin menjadi pemimpin di legislatif dan eksekutif sebagai parameter demokrasi yang sedang bertumbuh?
Boleh jadi fenomena ini adalah bagian dari eforia yang tengah dinikmati oleh bangsa Indonesia, dengan berbagai potensi, konvensi, koalisi bagaimanapun tetap hikmat dan menikmati kompetisi demokrasi.
Realitas empiris membuktikan bahwa mayoritas para kandidat pemimpin baik yang akan mengisi posisi legislatif dan eksekutif itu harus berusaha tetap tegar dan MANTAP (Maju Aja Nekat Tanpa Ada Persiapan), atau harus tetap MANTAB (Maju Aja Ngabisin Tabungan Akhirnya Berantakan).
Fenomena demokrasi gila semacam ini tersuguh di hadapan para pemilih yang dibikin gila dengan banyaknya pilihan kandidat, dari partai mulai DPRD sampai dengan DPR RI, DPD RI dan Presiden RI dan Wakil Presiden RI.
Demokrasi telah menyita waktu, pikiran, energi, dana dan semua potensi bangsa ini untuk memenuhi hasrat sebagai negara paling berdemokrasi dan semua orang merasa pas dan pantas untuk menjadi pemimpin, semua orang merasa ahli, pakar dan menjadi praktisi politik dan manajemen kampanye dan ingin beralih profesi menjadi politisi dan praktisi politik demokrasi.