Mohon tunggu...
Wahda Nurul
Wahda Nurul Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember (191910501056)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Pabrik Gula Tjoekir

22 Maret 2020   12:07 Diperbarui: 22 Maret 2020   12:01 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Eksternalitas adalah biaya atau manfaat yang didapatkan oleh pihak ketiga yang tidak dapat memilih untuk mendapatkan atau tidak dampak tersebut. Atau bahasa mudahnya adalah  dampak yang dirasakan oleh orang lain atau pihak ketiga yang tidak ikut berpartisipasi dalam sebuah aktivitas. Setiap manusia pasti selalu melakukan aktivitas, dan setiap aktivitas itu pasti menghasilkan dampak atau efek baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Baik aktivitas sendiri maupun bersama sama pasti menghasilkan dampak atau efek dengan disadari ataupun tidak sadar.

Dalam jenisnya eksternalitas dibagi menjadi 2 yakni eksternalitas positif dan eksternalitas negatif
1.Eksternalitas positif
Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Sebagai contoh adalah orang orang yang tidak ikut membayar pajak namun ikut menikmati hasil dari pajak seperti jalan, jembatan, lampu jalan, dan lain lain yang sifatnya dari rakyat dan untuk rakyat.

2.Eksternalitas negatif
Eksternalitas negatif adalah dampak dari suatu kegiatan yang merugikan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang melaksanakan kegiatan. Salah satu contoh dari eksternalitas negatif adalah pencemaran air yang disebabkan oleh limbah pabrik dan juga cerobong asap pabrik yang mencemari udara.

Pembahasan kali ini lebih mengacu pada eksternalitas negatif yang terjadi salah satu kota di Indonesia yaitu Jombang. Jombang meruakan salah satu kabupaten yang terletak di jawa timur. Terletak di barat daya kota Surabaya menjadikan jombang sebagai salah satu kabupaten teramai karena berada di jalur lintas utara. 

Selain itu, Jombang disebut juga sebagai kota santri karena banyaknya pendidikan berbasis pondok pesantren disana. Karena letaknya yang strategis inilah menjadikan industri di kabupaten Jombang maju. Salah satu pabrik industri di kabupaten Jombang yang terkenal adalah Pabrik Gula Tjoekir di Kecamatan Diwek.

Pabrik Gula Tjoekir merupakan salah satu Pabrik Gula (PG) terbaik saat ini dari 11 Pabrik Gula yang dimiliki PTPN X, BUMN Perkebunan, yang terletak di wilayah administratif Desa Cukir, Kec. Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pabrik yang didirikan pada tahun 1884 oleh pemerinth colonial Belanda hingga sat ini masi berjalan dengan baik. dalam sehari pabrik gula tjoekir mampu menggiling tebu dengan kapasitas 4200 TCD (Ton Cane per Day).

Dalam sebuah aktivitas industri yang memiliki kapasitas besar seperti pabrik gula tjoekir pasti juga menghasilkan limbah yang besar pula. Pabrik Gula Tjoekir didukung oleh aksesibilitas bahan baku berupa tebu yang cukup tinggi di Kabupaten Jombang, memiliki skala produksi yang cukup besar dengan kapasitas perhari yang sudah dijelaskan diatas. Akibatnya dampak atau eksternalitas negatif paling tinggi yang dapat merasakan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik.

Setiap tahun pabrik gula Tjoekir selalu mengeluarkan limbahnya, baik limbah cair maupun limbah asap. Dengan kapasitas penggilingan 4200 TCD (Ton Cane per Day). Maka tidak diragukan lagi bahwa pabrik ini berpotensi memunculkan eksternalitas negatif yang semakin besar. Meskipun dalam praktiknya pengolahan air limbah dari proses produksi sudah di lakukan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Namun, tetap saja eksternalitas negatif masih saja dirasakan oleh masyarakat. Limbah cair hasil produksi sering kali masih dibuang ke sungai untuk irigasi pertanian tebu, padi, dan jagung. Hal ini menyebabkan menurunnya produksi hasil pertanian, sehingga memaksa petani mengeluarkan dana lebih untuk mempertahankan hasil pertaniannya.

Pengelolaan limbah di PG Tjoekir dapat dikatakan belum efisien, terutama pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal itulah yang menyebabkan permasalahan sehingga eksternalitas negatif terjadi. Berdasarkan pengujian kualitas sungai Rejoagung yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang tahun 2017, terjadi penurunan kualitas air sungai saat pabrik sedang beroperasi atau saat musim giling tebu. 

Sungai Rejoagung merupakan sungai yang dialiri oleh limbah cair Pabrik Gula Tjoekir dan berada tepat di depan Pabrik Gula Tjoekir. Pengujian kualitas air Sungai Rejoagung dilakukan di titik keluarnya limbah cair PG Tjoekir dengan hasil pengujian menyatakan bahwa, saat pabrik sedang beroperasi, terjadi peningkatan zat pencemar yang masuk ke dalam sungai sehingga mempengaruhi kualitas air sungai dan menyebabkan penurunan kualitas air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun