MERANGIN - Nama senator Dapil Jambi dua periode asal Kabupaten Merangin H Muhammad Syukur, SH., MH setiap hajatan Pemilu maupun Pilkada selalu menjadi buah bibir, baik dari yang suka maupun yang tidak, tentu semua itu punya alasan masing-masing.Khususnya oleh warganet di media sosial facebook, nama Syukur sering menari-nari dari jari ke jari para Netizen dan sepertinya selalu menarik untuk dikomentari. Timbul pertanyaan apakah tak ada politikus lain yang asyik dibicarakan selain nama Syukur?
Apakah seorang Syukur begitu ditakutkan lawan-lawan politik nya sehingga muncul begitu banyak isu, seperti, Syukur yang dianggap tak berbuat selama dua kali menjabat. Bahkan lebih mirisnya yang tak mengerti tugas dan wewenang DPD pun ikut berkomentar.
Apakah ini berkaitan dengan dendam politik atau ada pihak-pihak tertentu ketakutan dengan gerakan Syukur, sehingga beredar opini dan bisa juga bagian dari strategi menghentikan langkah politik Syukur karena dianggap membahayakan bagi lawan - lawan politik nya.
Mungkin saja itu untuk bupati Merangin pada Pilkada 2023 nanti atau Gubernur Jambi 2021?. Tetapi entah lah, biar waktu yang menjawab.
Kalau lah Syukur di anggap tak banyak berbuat oleh manyoritas, lalu pertanyaan nya kenapa team atau pendukung kelihatannya tetap solid bahkan seolah- olah begitu mencintai, ia tetap jadi idola tak sedikit yang masih mengharapkan kehadiran Syukur.
Hal ini berdasarkan pantauan dari media sosialnya, dari setiap pertemuan-pertemuan Syukur di tengah masyarakat terlihat selalu ramai, kondisi ini berbanding terbalik dengan pembicaraan di 'ruang warung-warung politik'.
Tak banyak memang, sekelas calon perseorangan (DPD) mampu mengumpulkan massa diberbagai daerah. Baik itu pelantikan tim atau saksi calon, padahal jelas calon DPD tak punya jaringan struktural layaknya partai politik. Sekelas calon legislatif yang didukung Parpol-pun tak banyak yang bisa demikian.
Namun dari itu semua, harus diakui memang, Syukur mendapat penolakan  dari sekelompok warganet, dan ini tak bisa di generalisir ditolak oleh semua, sebab hingga hari ini penulis belum pernah mendapat informasi bahwa ada warga yang menolak kunjungan Syukur.
Tudingan Syukur tak berbuat banyak tersebut menurut penulis agak subyektif sebab tak ada indikator jelas yang jadi takaran seseorang anggota DPD divonis tidak pernah berbuat, apalagi dengan kewenangan yang sangat terbatas. Anggapan itu sah-sah saja dan bentuk dari kebebasan berpendapat.
Penulis tak mengulas soal berbuat atau tidak karena anggota DPD RI asal Jambi ada 4 orang. Tak adil rasanya menilai perbuatan satu orang dengan menafikan tiga orang lainnya, sebab keempatnya wakil daerah provinsi Jambi bukan wakil kabupaten/kota.
Tak sedikit warganet ikut berkomentar bahkan hingga ada yang meremehkan peluang Syukur kembali terpilih pada 17 April 2019 nanti. Sesama warganet penulis turut mengamati beberapa postingan baik di grup facebook maupun di dinding pribadi para netizen terkait hal ihwal.