Lamunnya terus menyeruak, hati dan perasaannya jadi tidak menantu. Tetiba ia ingin secepatnya tiba di rumah. Entah bagaimana caranya. Ia terlalu pandir untuk tak segera menjumpai ibunya yang sering dikabarkan sakit-sakitan. Tetiba ia sadar bahwa mungkin selama ini dia telah melakukan kebodohan. Tak ada lagi sempuh pada ibunya, yang sudah terlalu banyak ia bebani.
Lelaki itu sudah tak sabar lagi. Baginya, ini adalah kereta terbagus yang pernah dinaikinya. Ini adalah kereta yang paling hebat yang mengantarkannya pulang. Pulang kembali ke peraduan, pada kasih sayang dan kerinduan yang akan terus ada di hati seorang ibu untuk anaknya.
Dalam hatinya, dia mantap dan bergumam dengan lirih, “Saya pulang untuk ibu,”.
Bagimu jiwa-jiwa petualang yang hampir lupa pulang, pulanglah. Maybe your house is everywhere, but your home is where your heart in…. We`ll always be a little child.
yogyakarta_July 13rd,2013 3.10pm
Jika ada kesamaan ide,sudut pandang, sori2 ye, inspirasi ini datang waktu saya kemarin nglihat lelaki pakai ransel di stasiun. Dia lalu beli nasi bungkus dan kemudian lari2an naik ke gerbong kereta. :p
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI