Bule kere yang pernah saya lihat di Malaysia, mereka menjadi pelukis tatoo di pinggir jalan, atau jualan pernak-pernik turis. Dan pernah juga saya bertemu dengan dua bule anak muda yang begitu rajin membereskan dan mencuci piring-piring bekas makan ditempat kami menginap. Rupanya bule ini sedang "berlibur".Â
Katanya mereka berlibur dengan cara pindah dari satu penginapan ke penginapan lain tanpa membayar. Mereka membayar dengan tenaga, yaitu dengan menjadi pencuci piring, tukang bersih-bersih, atau bantu-bantu yang lain. Kalau untuk bule anak muda ini, terus terang saya salut.Â
Selagi muda berkeliling dunia, tanpa malu-malu bekerja seperti itu, asal tetap jujur dan mengikuti aturan. Berbeda dengan anak-anak muda Indonesia jaman now, yang sepertinya cenderung manja (maaf kalau salah).Â
Pada akhirnya saya berkesimpulan, semua orang dari negara manapun, sama saja. Ada yang baik ada yang tidak baik. Ada yang curang, ada yang jujur. Â Ada yang rasis, ada yang tidak. Semua tergantung karakter pribadi masing-masing.Â
Sudah waktunya, kita orang Indonesia, tidak lagi memandang bule itu seolah lebih segalanya daripada kita. Jangan minder, dan perlakukan mereka sewajarnya saja. Belajar bahasa Inggris penting agar dapat berinteraksi dengan mereka. Namun kalaupun kita tidak menguasai bahasa Inggris, tetap saja kita tuan rumah di negara kita sendiri.Â
Maka itu berlakulah sebagai tuan rumah atau yang punya rumah, dan perlakukan tamu sewajarnya saja, tidak perlu berlebihan. Membuat tamu merasa nyaman di rumah kita bukan berarti membiarkan mereka berlaku seenaknya.Â
Peraturan tuan rumah tetap berlaku. Tentu semua itu juga harus didukung kelakukan baik kita. Bagaimana tamu mau menghormati peraturan rumah kita kalau tuan rumahnya sendiri tidak menghormati peraturan itu. Bule itu sama dengan kita, manusia juga. Cuma penampakannya beda dengan kita, karena memang beda gen dan ras. (VRG)