Mohon tunggu...
vonny joscelino
vonny joscelino Mohon Tunggu... Editor - murid

seorang murid biasa.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandemi Black Death yang Dianggap Kutukan Kepada Para Pendosa

1 April 2020   08:19 Diperbarui: 1 April 2020   08:15 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Black Death atau yang disebut dengan Maut Hitam adalah sebuah wabah penyakit yang berasal dari Eropa. Wabah penyakit yang terjadi di antara tahun 1347-1351 ini memakan hingga 50 juta orang Eropa. 

Wabah ini pun disebarkan melalui kapal dagang dan migrasi tikus. Semua ini berawal dari bakteri Yersinia pestis yang terdapat dalam kutu di tikus hitam yang bermigrasi ke tikus cokelat Rusia (yang memiliki daya tahan tubuh lebih kuat) yang setelah itu bermigrasi lagi ke tikus hitam di daerah tujuan kapal dagang. 

Kematian massal tikus membuat gerombolan kutu bingung mencari tempat hinggap yang mengakibatkan mereka bersarang di tubuh manusia sebagai pengganti tikus.

Nah, lalu hubungannya apa dengan nama 'Black Death' yang dimilikinya? Ternyata, namanya yang unik ini berasal dari gejala khas dari penyakit ini, yang disebut dengan acral necrosis, di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal.

Wabah penyakit ini muncul melalui tiga varian penularan. Varian Pes yang paling umum merupakan varian yang berasal dari pembengkakan kelenjar getah bening (Bubo) yang muncul di leher, ketiak ataupun pangkal paha yang tumbuh dengan berbagai ukuran, dimulai dari sebesar telur hingga sebesar apel. Wabah penyakit ini biasanya hanya memberikan harapan hidup satu minggu pada korban. 

Varian kedua merupakan wabah Pneumonia yang menyerang sistem pernapasan dan disebarkan hanya dengan menghirup udara yang dihembuskan melalui korban. Wabah penyakit ini harapan hidup hanya dapat diukur dalam satu atau dua hari. 

Varian ketiga merupakan penularan wabah Septicemia, wabah ini menyerang sistem darah. Berbeda dengan kedua wabah lainnya, varian ini dapat menyebar melalui gigitan serangga atau hewan pengerat yang telah terinfeksi, atau melalui kontak dengan manusia yang telah terinfeksi lainnya.

Gejala yang biasa dirasakan oleh orang-orang yang terinfeksi oleh wabah ini antara lain demam tinggi dengan menggigil, muntah, diare, atau sesak napas hingga muncul kehitaman di kulit. Dampak dari Black Death ini adalah beberapa kelompok masyarakat Eropa menyerang kelompok tertentu seperti orang Yahudi, biarawan, orang asing, pengemis, dan peziarah.  Selain itu, masing-masing warga menghindari warga yang lain. Hampir tidak ada tetangga yang saling berhubungan, bahkan saudara tidak pernah menghubungi atau hampir tidak pernah mengunjungi satu sama lain. Dan pasti juga wabah memakan banyak korban. Diperkirakan wabah ini membunuh kurang lebih 200 juta orang pada abad ke-14.

Dikarenakan pengetahuan masyarakat yang rendah dan lebih banyak percaya pada tahayul, penyakit mematikan itu disebut-sebut sebagai kutukan Tuhan. Kalau ingin sembuh, seseorang yang menderita Black Death harus membunuh sebanyak-banyaknya orang Yahudi maupun tetangganya sendiri. Hal ini karena darah mereka dianggap suci dan dapat menghilangkan dosa-dosanya selama ini.

Apakah anda tahu bahwa Black Death atau yang dikenal dengan pes ini sempat masuk ke Indonesia? Keberadaannya di Indonesia disebabkan oleh pemerintah kolonial yang tetap mengimpor beras dari Yangon, Myanmar. Ternyata ada kutu tikus yang bersembunyi dalam beras-beras pada 1910 namun yang tercatat meninggal itu pada tahun 1911. Menurut penelitian, pes ini akhirnya mulai mewabah di Jawa, tepatnya di Malang.

Melihat kondisi wabah pes yang kian mengkhawatirkan, dinas kesehatan masyarakat atau Burgerlijke Geneeskundige Dienst (BDG) yang diketuai oleh Dokter de Vogel pun kemudian meminta diberlakukan karantina wilayah. Karantina wilayah ini sampai memanfaatkan bantuan militer karena ternyata masyarakat banyak yang protes akibat perbedaan aturan yang dikeluarkan dengan prakteknya yang mengakibatkan kecemasan para warga akan tempat tinggalnya. Bayangkan saja, di aturan yang dikeluarkan berisi jika salah satu anggota keluarga terbukti terkena pes, hanya seluruh keluarganya yang dievakuasi dan harus tinggal di barak isolasi selama 15 hari, tetapi kenyataannya, jika seorang warga terkena pes, yang dievakuasi seluruh desa dan baru boleh meninggalkan barak isolasi setelah 30 hari. Maka dari itu, banyak warga menolak dievakuasi lantaran takut barang-barang di rumah mereka hilang atau lebih parah, rumah mereka dibakar karena dianggap sarang tikus. Selain diberlakukannya karantina wilayah, dinas kesehatan masyarakat juga memberikan vaksin serta membakar rumah-rumah masyarakat yang terindikasi sarang tikus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun