Mohon tunggu...
Voni R Damayanti
Voni R Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UIN maulana malik ibrahim malang semoga bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komponen dalam Mengubah "Generasi Micin" Menjadi Generasi Emas 2045

20 April 2018   00:22 Diperbarui: 20 April 2018   00:47 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imgrum.org | generasi emas

Indonesia merupakan negara yang tidak luput dari pendidikan. ada banyak sekali baik pemuda pemudi yang memiliki semangat dalam mencari ilmu. yang dimana pemuda tersebut nantinya bisa menjadi sebuah agen dari perubahan bagi indonesia, dan mampu mewujudkan cita-cita negara indonesia.

setiap negara tentu memiliki sebuah misi yang dicita-citakan. tentu misi tersebut yang bersifat membangun. taukah anda bahwa indonesia pada tahun 2045 akan mengalami masa dimana terdapat banyak generasi emas saat itu. bagaimana bisa ?

biner ambarita dalam suatu jurna mengatakan bahwa, tahun 2045 adalah tahun penggenapan 100 tahun Indonesia merdeka, dan beberapa puluh tahun lagi masa tersebut akan tiba. dimana keadaan Indonesia pada tahun 2045 akan ditentukan oleh tahun-tahun sebelumnya, terdapat suatu prediksi berdasarkan fenomena-fenomena global setiap abad dan segala tuntutannya.

Sastroatmodjo (2012) melaporkan data Badan Pusat Statistik 2011, jumlah anak kelompok usia 0-9 tahun sebanyak 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Kelak pada 2045, mereka yang usia 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun, sedangkan yang usia 10-20 tahun berusia 45-54. Mereka diharapkan akan menjadi generasi yang cerdas komprehensif, antara lain produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.

lalu siapkah anda ikut berperan serta dalam mewujudkan itu semua ? karena pada akhir-akhir ini terdapat kabar yang kurang menyenangkan yang kita dengar. yakni rusaknya generasi anak-anak saat ini. bahkan terdapat sebuah julukan, bahwa generasi anak yang rusak sekarang disebut dengan generasi micin.

micin merupakan suatu hal yang sudah tidak asing ditelinga kita. anggapan awal micin dianggap sebagai penyebab rusaknya generasi dikalangan anak-anak. karena micin merupakan hal yang lumrah jika dicampur dengan makanan sebagai penyedap rasa jika digunakan sewajarnya atau masih dalam takarannya.

sering kali penjual pedagang kaki lima yang menjual makanan pinggir jalan yang pembelinya adalah dikalangan anak-anak. ngawur dalam memberikan micin kedalam makanan jualannya. atau pedagang yang nakal memberikan micin dalam jumlah besar agar makanan yang dijualnya terasa enak dan sedap. jadi agar pembeli datang secara terus menerus.

hal tersebut menurut beberapa pandangan orang, mengkonsumsi micin secara berlebihan adalah penyebab utama rusaknya otak anak-anak sehingga menyebabkan generasi anak-anak ini berperilaku aneh dan lain sebagainya. padahal belum ada penelitian secara pasti bahwa  mengkonsumsi micin dapat membuat anak-anak menjadi bodoh seperti mitos yang tersebar dikalangan masyarakat. hanya saja jika mengkonsumsi micin dalam jumlah besar memanglah tidak baik bagi kesehatan.

hal tersebut seolah menjadi tantangan bagi indonesia untuk mewujudkan generasi emas tahun 2045. yakno seprti yang dijelaskan tadi yaitu generasi yang cerdas, komperehesif, produktif, inovatif, senang bersosialisasi, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul.

pasalnya anak-anak saat ini banyak yang belum mencerminkan generasi emas yang diprediksikan oleh indonesia. anak-anak saat ini lebih mengenal pacaran daripada belajar. bahkan banyak anak-anak yang perilakunya sudah meniru gaya film-film yang ada disinetron tv indonesia.

dari hal tersebut timbulah sebuah pertanyaan. lalu siapa yang harus mewujudkan generasi unggul tahun 2045 ? jawabannya adalah setiap warga negara indonesia wajib iku andil dalam mewujudkan setiap apa-apa yang menjadi tujuan negara indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun