Mohon tunggu...
Viktor Krenak
Viktor Krenak Mohon Tunggu... -

Pemuda desa dari pedalaman Papua, Putus kuliah, sekarang di Kota Baru/Jayapura,sedang "memimpikan" hidup baru yang lebih baik.\r\n\r\nMENULIS BUKAN UNTUK MEMBERONTAK

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Papua Setelah 51 Tahun Merdeka

3 Mei 2014   05:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_322388" align="aligncenter" width="536" caption="dok. pribadi"][/caption]

1 Mei 2014 Bukit Jayapura City tampil dengan nuansa berbeda. Bendera Merah Putih berukuran besar menghiasi puncak bukit itu. Pada kaki bukit yang dilingkari jalan mulus sebagai akses utama menuju kota teluk ini, berdiri sebuah gapura dengan gambar sejarah. Ada peristiwa apakah di Provinsi paling timur Indonesia ini?

1 Mei lima puluh satu tahun lalu adalah hari paling bersejarah bagi republik ini karena untuk pertama kalinya negeri ini bersatu utuh dari Sabangsampai Merauke. Dan bagi kami warga Papua, ini adalah momentum paling bersejarah dimana status politik Tanah Papua tak lagi menjadi bahan perdebatan dari meja perundingan yang satu ke meja perundingan yang lain.

[caption id="attachment_322389" align="aligncenter" width="571" caption="dok. pribadi"]

13990446941049521900
13990446941049521900
[/caption]

Maka wajar kalau kami warga kota Jayapura merayakan 1 Mei dengan cara yang unik. Kota yang pada jaman Belanda bernama Hollandia ini pada tgl 1 Mei 1963 untuk pertama kalinya dikibarkan Bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera PBB. Inilah HARI PEMBEBASAN Tanah Papua dari penjajahan Belanda, HARI KEMERDEKAAN orang Papua.

Kilas Balik

Sekadar kilas balik, sebelum peristiwa 1 Mei 1963, Pemerintah Belanda berulang-kali ingkar janji untuk menyerahkan kekuasaan atas wilayah Papua kepada Pemerintah Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bung Karno, Indonesia meloby negara-negara Asia-Afrika untuk mendesak Belanda. Namun Belanda tetap tak bergeming. Bung Karno pun mengirim utusannya ke Rusia untuk membeli sejumlah peralatan perang. Perang sesungguhnya memang tak terjadi karena Amerika khawatir hal itu bisa memicu perang dunia ke-3.

[caption id="attachment_322390" align="aligncenter" width="574" caption="peringatan detik-detik 1 Mei 1963 di Taman Imbi, Jayapura (1/5/2014). Dok. pribadi"]

13990447761932006926
13990447761932006926
[/caption]

Maka atas desakan Bung Karno pula kepada Presiden JF Kennedy, Amerika mengambil inisiatif menggelar perundingan baru antara Indonesia dengan Belanda. Perundingan itu menghasilkan New York Agreement tanggal 15 Agustus 1962 yang memuat road map penyelesaian sengketa atas Papua/Irian Barat secara damai. Persetujuan bilateral ini diterima oleh PBB melalui Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1752. Secara politis, New York Agreement merupakan a face saving formula (formula politik untuk menyelamatkan muka) bagi Pemerintah Belanda.

Sesuai persetujuan New York, pada tanggal 1 Oktober 1962 Wakil Gubernur Belanda H. Veldkamp menyerahkan kekuasaan kepada UNTEA atas Irian Barat. Tujuh bulan setelah itu, yaitu 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkannya kepada Pemerintah Indonesia.

Setelah 51 Tahun

Setelah lebih dari setengah abad merdeka, wajah kota di ujung timur Indonesia ini memang sudah berubah luar biasa. Jalan aspal nan mulus, bangunan bertingkat, stadion sepak bola yang megah, rumah ibadah, bangunan sekolah dan kampus-kampus, kantor pemerintahan, pusat perbelanjaan, pelabuhan,sarana telekomunikasi dan transportasi bertebaran memenuhi sudut-sudut kota.

[caption id="attachment_322391" align="aligncenter" width="551" caption="pawai Papua Damai... (Foto: zonadamai.com)"]

1399044910517487931
1399044910517487931
[/caption]

Namun sayangnya, masih terdapat segelintir orang yang menutup mata atas semua perubahan itu dan tetap menuntut berpisah dari negara Indonesia. Ada yang menggunakan senjata bergerilya di hutan, ada yang berorasi di tengah kota, berkicau di sosial media dan ada pula yang berkolaborasi dengan pihak asing. Mereka hanyalah korban provokasi sesat yang diiming-imingi harta, jabatan dan kenikmatan duniawi. Karena mereka sebetulnya sadar bahwa meminta merdeka itu adalah iming-iming yang menipu.

Jika 51 tahun silam masalah status politik Tanah Papua dapat diselesaikan melalui perundingan yang bermartabat, alangkah naifnya jika di jaman modern ini penyelesaian separatisme Papua mesti ditempuh dengan menggunakan senjata. Maka demi Papua yang Damai ‘sarungkanlah pedang-mu’ mari kita bicara dengan hati.***

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun