Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kisah Pilpres dan "Tameng" di Belakangnya

20 April 2019   11:54 Diperbarui: 20 April 2019   12:52 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEDIKIT CERITA PEMILU 2019 dari TAMENG DI BELAKANGNYA.

Ini hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang sudah meluangkan waktunya untuk pemilu 17 April 2019 lalu.
Sedikit cerita, kami harus prepare segalanya jauh-jauh hari. Petang sebelum hari H, mempersiapkan tempat di sela-sela kesibukan masing-masing. Habis shubuh, kami kembali ke TPS untuk persiapan. Bapak LINMAS sampai tidak tidur menjaga kotak suara agar tidak ada kecurangan dan tetap dalam keadaan baik-baik saja.


Setelah waktu ketentuan untuk mulai pengecekan suara, tepat pukul 7 pagi, kami mulai action, menulisi surat suara, mendata masyarakat, dan pemungutan suara dilakukan.
Sampai tengah hari, pukul 12.30, pemungutan suara usai. Kami beristirahat sejenak sebelum kembali bertempur.

Sekitar pukul 2, pembukaan surat suara dan penghitungan mulai dilangsungkan. Satu per satu surat kami buka, kami lihat dengan seksama. Sampai 11 malam, surat suara baru selesai kami hitung. Berlanjut kepada penyalinan berita acara dan penulisan C1 yang tidak hanya satu. 

Berpuluh-puluh mungkin. Belum lagi dikalikan dengan pilihan yang terbagi 5 kategori. Ditambah lagi sebagai panitia, kita harus tanda tangan setiap lampiran. Sangat banyak! Dini hari, semua data harus segera disampaikan pada pihak pengelola atau PPS di kantor desa.

Kami bereskan semuanya, namun ada kendala karena amplop untuk data yang kami terima, kurang dari semestinya. Sampai berpikir dan koordinasi sana-sini, akhirnya semuanya beres. Pukul 2.30 an, kami berangkat ke kantor desa. Subhanallah, penuh dan kami kebagian nomor antrian 28. Pada saat itu baru nomor 12, kami menunggu sesaat, pihak KPU melihat sekilas hasil kami.

Setelah shubuh menjelang pagi, kami rasa antrian kami masih lama. Pukul 05.30, kami pun pulang karena mata sangat tak kuasa menahan kantuk. Kami tinggal kotak suara yang seharian full kami jaga. Sayangnya, sesampai di rumah pun, tidak jua bisa tidur pulas. 

Apa yang terbayang? Kotak suara yang ada di kantor desa. Takut salah hitung, takut ada masalah, dan kekhawatiran lainnya yang membuat rasa kantuk pun hanya cukup dirasakan dan ditahan.

Perkiraan kami pukul 2 siang data TPS kami bisa dicek. Bergegaslah kembali kami ke kantor desa. Sayang sekali, masih belum saatnya kami melakukan pengecekan. Kami masih harus menunggu di tengah lelah dan kantuk. Baru setelah pukul 5 sore, data kami baru dicek. Alhamdulillaah, bersyukur pada Allah bahwa hasil data kami tidak ada yang salah. 

Dan di TPS kami, paslon yang memang untuk Pilpres adalah nomor urut 2 dengan selisih suara sekitar 1: 2. Atau jumlah suara paslon 01 merupakan setengahnya dari jumlah suara paslon 02. Hingga maghrib menyapa, kami baru bisa kembali ke rumah. Beristirahat dengan tenang, dan berdoa semoga hasilnya adalah benar dan tidak ada cacat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun