Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketergantungan yang Menghambat Potensi Diri

16 Februari 2018   14:34 Diperbarui: 16 Februari 2018   15:01 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: cintaihidup.com

Mengembangkan potensi diri berarti harus siap hidup dalam kenyataan dengan menjadi sebenar-benarnya diri sendiri. Sekuntum mawar, memenuhi dirinya sebagai mawar, bukan sebagai seekor gajah. Dan sebagai manusia, setiap individu harus mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia, sesuai kodrat dirinya sendiri.

Saat seseorang  masih menjadi janin, ia sudah ketergantungan pada lingkungan rahim. Namun hal tersebut berubah ketika telah dilahirkan, bayi terpaksa berusaha bernapas sendiri. Pada momen itu, bayi dihadapkan pada pilihan mati atau belajar untuk bernapas sendiri.

Ketika bayi tumbuh, ia tetap memerlukan bantuan lingkungan. Tetapi perlahan-lahan kebutuhan akan bantuan lingkungan itu berkurang karena anak akan belajar lebih banyak untuk melakukannya sendiri. Dia belajar merangkak, berbicara, berjalan, dan mengembangkan lebih banyak sumber-sumber dan potensi-potensinya yang ada dalam dirinya sendiri.

Membebaskan diri dari bantuan lingkungan dalam hal fisik adalah sesuatu yang biasa  saja dan tidak sulit. Tetapi, melepaskan diri dari bantuan psikologis dan sosial menimbulkan masalah yang besar dan menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Konflik ini terjadi antara siapa diri kita dan apa yang diinginkan oleh orang lain terhadap diri kita. Dasar dari perkembangan (pematangan kepribadian) adalah melepaskan diri dari dukungan lingkungan dan berusaha untuk berdiri sendiri.

Semua organisme yang hidup pada hakikatnya memiliki tujuan yang dibawa sejak lahir, yakni mengaktualisasikan diri sebagaimana adanya sesuai dengan kodratnya sendiri. Sebuah bunga mawar memenuhi dirinya sendiri sebagai bunga mawar, bukan sebagai seekor burung. Atau seekor gajah memenuhi dirinya sebagai seekor gaah, bukan sebagai seeokor kangguru.

Sebagai manusia, kita pun mengaktualisasikan diri kita dengan menghidupkan sepenuhnya potensi kita yang unik dengan menjadi siapa diri kita menurut kita sendiri, bukan menurut sesuatu yang lain.

Individu yang mampu melepaskan diri dari bantuan lingkungan dan beranjak untuk berdiri sendiri merupakan aktualisasi dari pematangan kepribadian, juga merupakan internalisasi agar bisa mengembangkan setiap potensi yang dimiliki. Pada dasarnya, ketika seseorang tumbuh sebagai seorang anak, ia akan menghadapi salah satu dari dua situasi; dimanjakan atau dikecewakan.

Anak dimanjakan apabila orang tua menjawab semua pertanyaan yang diajukan, atau memberi semua hal yang dikehendaki oleh sang anak. Dengan demikian, orang tua tidak mengecewakan anak.

Sebenarnya, menurut salah satu psikiater ternama, Perls, mengungkapkan bahwa kekecewaan adalah sesuatu yang diinginkan dan diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh. Jika seorang anak tidak mengalami kekecewaan, maka anak tidak akan mengembangkan kemampuan-kemampuannya dan tidak akan menemukan kegairahan hidup agar dapat mengerjakan sesuatu secara sendiri.

Jika seorang anak lebih dimanjakan oleh orang tua dan tidak mengalami kekecewaan yang memadai, anak akan menggunakan potensinya untuk mengontrol lingkungan, khususnya orang tua, dan potensinya tidak digunakan untuk tumbuh dan berkembang. Anak menggunakan energinya untuk memanipulasi orang tua supaya mereka membantunya.

Dengan demikian, anak tergantung pada lingkungan dan bukan pada dirinya sendiri. Apabila anak mempelajari cara-cara manipulasi yang efektif, maka secara tidak langsung ia akan menerima watak yang dalam artian adalah kebiasaan yang menghambat diri untuk mencapai potensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun