Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ketika Roti Menjadi Guru

23 Februari 2019   07:53 Diperbarui: 23 Februari 2019   16:12 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin saya agak sedikit berbeda dari kebanyakan orang Indonesia. Bila umumnya orang Indonesia merasa belum makan kalau belum makan nasi, nah bagi saya, rasanya belum makan, kalau belum makan roti.

Saya penggemar segala jenis roti, dari roti Baguette Prancis yang keras sampai roti Shokupan Jepang yang lembut. Dari yang isinya coklat keju, sampai yang isinya daging sayur.

Hingga suatu hari tiba-tiba (tanpa pertanda apapun) terbersit keinginan untuk membuat sendiri. Mulailah google menjadi sahabat terbaik. Sebagai pemula, saya sadar diri, mencari resep yang katanya paling mudah. Setelah melalui berbagai pemikiran dan pertimbangan, terpilihlah satu resep yang beruntung.

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri
Dengan semangat 45, mulailah saya membuat roti. Mempersiapkan bahan dan membaca dengan seksama langkah-langkah yang ditulis. Persiapan bahan, hal yang mudah.

Langkah pertama juga masih mudah, hanya perlu mengaktifkan ragi, yaitu mencampur ragi, gula dan air hangat. Langkah berikutnya adalah mencampur tepung dengan bahan lainnya dan menguleni hingga kalis. 

Wah ada dua kata yang mungkin menimbulkan pertanyaan bagi yang belum pernah mencoba membuat roti. Menguleni. Apa itu? Menguleni itu mencampur tepung, air ragi dan beberapa bahan lainnya, yang mana dalam prosesnya melibatkan kegiatan mengaduk, membanting, meninju dan menggiling. 

Cocoklah sebagai sarana pelepas stress. Kalau kalis? Kalis itu kondisi adonan yang tidak lengket di tangan, yang bisa dicapai dari kegiatan menguleni. Proses yang buat saya seperti magic. Kok bisa, dari tepung campur air yang lengketnya bukan kepalang, bisa menjadi adonan lembut dan tidak lengket sama sekali. Dan betul, di langkah inilah, jalan mulai mendaki.  

Awal menguleni, tenaga masih kuat, semangat masih penuh. Lima menit menguleni, pegal mulai terasa, dan adonan tetap lengket. 10 menit menguleni, adonan masih setia menempel di tangan. Keyakinan pun mulai luntur. 

Apakah betul, adonan bisa kalis? Penasaran, bercampur dengan mencoba terus meyakinkan diri dan berpikir positif bahwa adonan akan menjadi kalis di suatu saat, saya terus melanjutkan proses menguleni tersebut. Dan tiba-tiba, betul, seperti magic, adonan menjadi kalis! Wah, tak ada kata yang bisa melukiskan perasaan saya saat itu, senang, bangga, puas bercampur jadi satu.

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri
Satu langkah yang sulit sudah terlewati. Berikutnya adalah proses fermentasi, yaitu membiarkan ragi bekerja hingga adonan mengembang menjadi dua kali lipat. Menurut resep, prosesnya sekitar 30 menit.

Menunggulah saya selama 30 menit. Salah satu 30 menit terpanjang yang saya pernah rasakan. Berdebar-debar saat akan memeriksa adonan. 

Ternyata, debaran itu seakan menjadi pertanda, adonannya tidak mengembang sampai dua kali lipat. Di sini saya harus memilih, apakah meneruskan menunggu (dengan harapan ia akan mengembang lebih besar lagi), atau melanjutkan ke langkah berikutnya. 

Akhirnya saya memilih untuk menunggu. Ternyata penantian saya, berbuah manis. Sang adonan mau mengembang lebih besar lagi. Ternyata waktu yang diperlukan bagi sang pembuat resep belum tentu sama dengan waktu yang saya perlukan. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kehangatan ruangan, kualitas ragi dan sebagainya.

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri
Langkah berikutnya sedikit lebih tak mengentarkan, "hanya" membagi adonan menjadi beberapa bagian sesuai layaknya ukuran roti. Kemudian mendiamkannya agar mengembang kembali. Perlu dua kali proses pengembangan ternyata untuk membuat roti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun