Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hadapi Ujaran Kebencian dengan Cinta

12 April 2019   19:45 Diperbarui: 12 April 2019   20:24 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari kita akhiri semua kebencian itu, cukup sudah, mari kita buka lembaran baru yang lebih baik. Sumber:geotimes.com

Di masa kampanye Pilpres dan Pileg 2019 yang hampir tujuh bulan berjalan, di mana haru birunya terasa menyekat dan umpatan serta kebencian menyebar di seantero jagat raya, karena menyebar melalui internet ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke Rusia. Kecurangan dalam kampanye dan menjelang pemungutan suara semakin menjadi-jadi. Terakhir dengan terbongkarnya surat suara yang sudah terceoblos di Malaysia, tepatnya di Selangor. Sekarang masih dalam proses.

Anda mungkin jengkel bila menemukan atau mendapat komen yang menyerang Anda, atau menyerang pasangan capres atau partai pilihan Anda.  Kalau masih berkisar pada tulisan dan tidak menyerang ke arah fisik , rasanya biasa saja, tapi kalau sudah membaca komen dengan kata-kata yang membuat tak nyaman, rasanya Anda mungkin lebih jengkel lagi, tapi itulah kampanye, ada saja orang yang di otaknya itu isinya negatif melulu, sepertinya orang lain salah semua, sehingga yang benar dirinya sendiri. Kalau diskusi sukanya mencaci maki, bukan mencari solusi! Diajak diskusi baik-baik, malah menjelek-jelekan, coba lihat di acara ILC, sama-sama bergelar dan sama-sama orang berpindidikan, persis seperti anak kecil rebutan permen.

Repot memang, tapi begitulah adanya. Lalu bagaimana menghadapinya? Ya santai aja, mungkin kita perlu banyak-banyak sabar menghadapinya, kalau tak sabar bisa nambah musuh. Gampang-gampang susah menghadapi orang yang di otaknya hanya ada pikiran negatif, susah diajak untuk berpikir positif, semuanya menjadi serba salah, ditanggapi salah, tak ditanggapi katanya sombong. Persis seperti makan buah simalakama, dimakan Bapak mati, tak dimakan Ibu yang mati!

Kalau komennya mau dihapus, ya silahkan itu juga hak Anda, kalau mau di jawab ya silahkan, itu juga hak Anda dan kalau Anda biarkan tak di jawab itu juga hak Anda, bukankah tidak semua pertanyaan harus di jawab? Seperti juga tidak semua permintaan harus dipenuhi, iyakan? Tergantung pada situasi, kondisi dan hati. Sebenarnya banyak cara lain untuk menghadapi komen yang ujung-ujung membuat menjadi mangkel atau membuat jengkel, antara lain:

Pertama, Anggap saja orang tersebut memang sedang "sakit", nah kalau orang sakit perlu diobati, bukan dibalas dengan caci maki atau ikut membodoh-bodohi atau menjelek-jelekan. Kalau dibalas dengan yang sama, ya sama dong dengan orang yang sedang "sakit" itu.

Kedua, Seperti menonton orang marah, biarkan aja orang itu marah-marah, lucu ya? Itukan sama juga orang bertamu ke rumah orang lain, eh di rumah yang di datangi dia marah-marah, coba etikanya di mana tuh?

Ketiga, Tetap bersahabat pada orang itu, karena kalau dijauhi dia tak punya teman, kasihan. "Ah.. itukan hanya teman di dunia maya" begitu katanya. Sekarang dibalik, teman di dunia maya saja dia tak punya, apa lagi teman di darat yang tahu persis tingkah lakunya, jangan-jangan malah dijauhi orang!

Keempat,  Berpikir positif sebenarnya membuat nyaman dan membuat pikirannya menjadi enjoy, perasaanpun tentram, aman dan terkendali. Tapi kalau pikiran yang negatif, biasanya yang muncul adalah kesalahan orang lain terus, orang lain tak ada yang benar, semuanya salah, kecuali dirinya sendiri. Memang dunia penuh warna, dunia semakin indah karena banyak warna dan pemikiran menjadi bertambah karena banyak wawasan, tapi kalau tambahannya justru yang negatif, bukankah lebih baik dibuang, agar pikiran ini tak diracuni oleh hal-hal yang membebani pikiran.

Kelima, Maafkan, ini kata pemungkas! Orang yang bawaannya marah-marah melulu, sampai terbawa-bawa ke kampanye, misalnya, ya  memang perlu dimaafkan, perlu dikasihani. Perkara dia minta maaf atau tidak bukan urusan, yang jelas memaafkan orang itu penting! "Loh gimana mau dimaafkan, dianya suka bikin jengkel!" Mungkin ada yang bilang begitu, biar saja, mungkin memang sudah wataknya demikian dan susah untuk diperbaiki, kecuali oleh dirinya sendiri!

Nah itulah lima kiat menghadapi orang-orang yang bawaannya suka marah-marah, dan Anda bisa menambahkannya, pemarah itu: " tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba nyerosos saja seperti bendungan pecah! " Seperti kata pepatah " Biarkan anjing menggonggong, kafilah ya makan aja, eh salah. " Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu".

Jangan lupa, berbuat baik baik pada orang yang memang dasarnya sudah baik itu gampang, mudah sekali. Tapi mampukan Anda tetap berbuat baik pada orang sangat membenci Anda? Ini tantangan yang harus dihadapi, bukan dihindari. Mari terus berbuat baik pada para pembenci, lawan para pembenci dengan cinta, semoga  mereka,  pengujar kebencian,  menjadi berbalik arah, menjadi sahabat atau teman terbaik Anda. Asikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun