Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Berkah Demokrasi di Era Reformasi, Pemenang Pilpres Tak Terduga

5 April 2019   21:32 Diperbarui: 6 April 2019   04:36 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapa Presiden untuk 2019-2024 masih gelap, tak terduga. Sumber: tribunnews.com

Dalam hitungan jari tangan dan kaki, Pilpres dan Pileg 2019 akan menjumpai kita semua, terlepas dari hiruk pikuk kampanye yang kata nara sumber di acara ILC 2 April 2019 lalu, yang dinilai brutal di  berbagai daerah, khususnya di daerah sang nara sumber, yang tidak akan saya sebut namannya, bukan apa-apa, jaga-jaga jangan sampai kena delik aduan, belajar dari nara sumber yang lain, anda tentu sudah kenal dengan istilah "Dungu"nya.

Memang aneh hukum sekarang, Polisi sampai dibuat pusing, karena sebentar-sebentar ada saja pengaduan, entah karena merasa dicemarkan nama baik seseorang atau karena bersebelahan kubu, ketika akan memilih pasangan Capres. Perbedaan yang cukup tajam . membuat para pendukungnya pada "panas dingin". Ini hampir sama dengan Pilpres 2014 yang lalu, yang ketika itu benar-benar sukar diduga siapa pemenangnya.

Sekarangpun di Pilpres 2019 ini, akan terjadi  tak jauh berbeda dengan Pilpres 2014, karena pasangan Capres walau berbeda wakilnya, tapi yang bertarung orang yang sama, Jokowi dan Prabowo juga, walau usia mereka sudah bertambah empat tahun berjalan, karena memang pelantikannnya per 20 Oktober, jadi masih lumayan jauh untuk genap 5 tahun. Lalu dimasalahnya di mana?

Masalah yang paling dekat adalah krisis kepemimpinan, itu yang sering dikatakan oleh para nara sumber di acara ILC, kalau bagi rakyat banyak sih, sudah tak peduli lagi siapa yang menjadi RI1 mendatang, bagi rakyat yang paling penting adalah hidupnya lebih sejahtera, harga-harga dapat terjangkau, pendidikan dengan biaya murah dan BBM tetap bersubsidi, kalau ditarik subsidinya ya harus ada penggantinya, agar harga-harga turunan dari kenaikan BBM tadi dapat terjangkau.

Jadi mau Jokowi atau  Prabowo yang menang menjadi Presiden RI, rakyat sudah tak peduli. Jokowi atau Prabowo bukan lagi soal, yang penting mampukah mereka menjawab tantangan rakyat di atas. BBM dan harga-harga terjangkau, pendidikan dengan biaya murah dan hidup lebih sejahtera.

Oya, rakyat juga agar  mudah mencari pekerjaan atau lapangan kerja tersedia, dan menhapus kerja kontrak, yang selama ini sangat merugikan kaum pekerja atau rakyat yang berkerja di berbagai perusahaan, Itu yang penting. Tapi kalau juga memang harus dipilih pemimpin yang bisa membawa bangsa ini lebih maju ke depan, ya memang harus dicari setiliti mungkin. Siapa dia? Nanti dulu.

Kita tidak bisa mencari pigur lain, karena yang ada sekarang ya hanya dua pasangan,  Jokowi dengan Ma'ruf Amin atau  Prabowo dengan Sandiago Uno . Pasangan ini punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari kita lihat satu persatu, kita coba telaah dengan kaca mata dari luar, yang melihat dari Pilpres dari berita saja, dan tak mengetahui ada apa dibalik berita? Kubu Jokowi dan kubu Prabowo keduanya optimis menang.

Bakan di berbagai daerah kubu Jokowi punya target yang tak tanggung-tangung, ada yang sampai ditargetkan 80 % menang, luar biasa yakinnya, itu kata berita, silahkan Anda cari sendiri berita tersebut. Klaim kemenangan boleh-boleh saja, namanya juga sedang kampanye, sedang mengumbar janji-janji. Perkara kalau menang nanti ditepati atau tidak, itu urusan lain.  Oya kita kembali ke Jokowi dan Prabowo.

Pertama, Jokowi mantan Gubernur DKI Jakarta, yang sekarang menjadi pertahana pada Pilpres 2019 bisa ditinggalkan oleh pemilih-pemilih yang tak suka padanya, karena Jokowi pernah "mengkhianati janjinya" untuk mengurus DKI selama satu priode, 2012-2017. Baru satu setengah tahun DKI telah ditinggalkan.

Bahkan Jokowi sudah diserang dengan berbagai jurus, lewat puisi, boneka, mencla mencle, pembohong dan lain sebagainya oleh lawan politiknya. Dulu Jokowi diam saja, sekarang pada saat Pilpres 2019 Jokowi teriak " Mari kita lawan!", pihak sebelah pun teriak " Melawan siapa Jokowi?, lawan rakyat?"

Masa rakyat sendiri mau dilawan? Yang kalau kata pengamat yang terkenal dengan istilah" dungunya" Presiden narasinya ga bagus, dengan alasan ketika Jokowi berkata " Kita lawan" saat itu Jokowi masih Presiden. Nah loh, repot bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun