Mohon tunggu...
Viola Jesiska Salinding
Viola Jesiska Salinding Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melawan Korupsi Melalui Pendidikan Anak

24 Mei 2019   14:47 Diperbarui: 24 Mei 2019   14:53 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada berbagai macam 'penyakit' yang dihadapi oleh Indonesia sekarang ini. Salah satu 'penyakit' yang tidak pernah sembuh adalah korupsi. Korupsi yang ada di Indonesia seperti kanker ganas yang cepat sekali menyebar dan mematikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, salah satunya memberikan konsekuensi kepada pelakunya, tetapi upaya tersebut tidak menimbulkan efek jerah. Mengapa terjadi demikian? karena ibarat pohon, sanksi yang diberikan hanya berupa pemotongan batang, ranting-ranting, ataupun menggunduli daunnya tanpa menggali akar sebagai dasar dan sumber masalahnya. Seiring berjalannya waktu, pohon akan menghasilkan daun yang baru ataupun ranting-ranting baru.

 Cara terbaik memusnahkannya adalah mengetahui akar masalahnya dan mencabut akar-akarnya dengan tuntas. Sama halnya, penyakit korupsi yang terjadi di Indonesia harus dilawan dan dituntaskan dengan mencari penyebab masalahnya. Salah satu cara yang paling untuk melawan korupsi adalah melalui pendidikan anak sejak dini di dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. Karena akar dari segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dipengaruhi oleh apa yang terjadi di masa lalunya. Sehingga, pendidik yang berperan utama di dalam membentuk karakter mereka adalah keluarga dan sekolah. Kedua mitra pendidikan ini harus saling bekerjasama untuk menciptakan setiap momen terbaik bagi anak untuk belajar. Agar, kelak ketika anak menjadi dewasa, mereka memiliki pengalaman masa lalu yang benar, yang menyetir mereka di dalam mengambil setiap keputusan.

Langkah pertama yang harus dipahami dan direfleksikan oleh setiap pendidik adalah pandangan yang mereka miliki tentang peran mereka sebagai pengajar dan siapa yang mereka akan ajar. Pendidik berperan sebagai pembimbing, pengarah serta pengajar bagi anak tetapi bukan diktaktor bagi anak. Sedangkan anak dipadang bukan sebagai makhluk yang lemah yang tidak memiliki potensi, atau seperti kertas putih yang masih kosong.

Sebaliknya, di dalam mendidik anak, orangtua dan sekolah harus memandang anak sebagai manusia yang sama berharganya dengan manusia dewasa. Mereka memiliki potensi dan kekuatan yang tersembunyi di dalam diri mereka. Mereka bukan kertas kosong yang harus diisi dengan berbagai macam materi. Karena setiap anak memiliki akal dan pikiran.

Dari titik inilah, pendidik harus melihat perannya sebagai pengarah dan pembimbing bagi anak di dalam mengontrol kekuatan atau potensi yang mereka miliki. Ketika pendidik memiliki perspektif yang benar tentang peran dan anak yang mereka didik, maka pendidik bisa mengambil tindakan yang benar di dalam mengajar mereka.

Salah satu perilaku yang terjadi pada masa anak-anak adalah berpikir egois. Hal tersebut sangat wajar karena mereka baru mulai mengeksplor lingkungannya. Mereka belum memiliki ruang bagi orang lain selain diri dan keinginan mereka. Di dalam masa-masa emas inilah orangtua dan guru berperan menyediakan wadah di mana anak bisa belajar nilai-nilai sesuai dengan nilai pancasila. Kesempatan tersebut harus disusun sedemikian rupa untuk membuat anak tertarik belajar mengasihi, peduli, jujur dan bertanggung jawab.

Di samping itu, pendidik tidak boleh mentoleransi setiap tindakan yang tidak tepat yang ditunjukkan oleh anak. Melainkan, pendidik harus mengarahkan mereka bagaimana bertindak, berkata-kata maupun berpikir dengan tepat dan benar. Di dalam proses pengarahan tersebut, pendidik harus mengajarkan kepada anak bahwa setiap tindakan yang mereka lakukan memiliki konsekuensi.

Setiap proses pembelajaran harus dikemas dengan baik dan sesuai dengan umur mereka. Hal ini penting untuk membuat mereka tertarik dan terlibat di dalam proses pembelajaran secara aktif. Proses belajar yang membuat anak menjadi seorang pembelajar yang sesungguhnya akan menolong mereka berpikir, bertindak dan berkata-kata sesuai nilai yang telah mereka pelajari di dalam setiap proses pembelajaran mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun