Banyak sekali orang-orang yang menghujat orang yang hobi berfilsafat. Bagi mereka, hobi ini tidak menjadikan seseorang menjadi kaya harta ataupun kaya iman. Filsafat ibarat racun yang tidak boleh dijalankan oleh orang-orang. Sekali berfilsafat artinya mereka telah murtad dari kewarasan.
Namun benarkah demikian saudara? Apakah berfilsafat tidak ada gunanya dan tidak akan menjadikan kita kaya? Apakah benar jikalau berfilsafat hanyalah jalan untuk menghabis-habiskan waktu?
Jawabannya adalah salah besar.Â
Filsafat sendiri adalah ilmu yang menjadi akar dan induk dari semua sumber ilmu yang ada di dunia kita saat ini. Orang-orang jaman dulu mengembangkan tata cara hidup, tata cara bernegara, tata cara berdagang yang adil, tata cara menyembuhkan orang, bahkan hingga tata cara berhitung melalui filsafat. Sehingga, semua tatacara dan ilmu yang ada sekarang, berawal dari kebiasaan berfilsafat para penemunya.Â
Jikalau hal ini sudah disadari, maka anda seharusnya paham bahwa filsafat ini adalah kunci. Anda tidak perlu tahu cara berdagang yang baik, cara berinteraksi yang baik, dan sebagainya untuk menjadi kaya. Ketika anda memiliki kebiasaan berfilsafat, maka tatacara yang anda tak pernah tahu tersebut tentunya akan secara otomatis dipikirkan oleh benak anda. Pikiran anda secara volunteer akan menyodorkan dirinya untuk mencari tahu hal-hal tersebut.
Sebagai contoh, anggaplah anda tidak memiliki modal apapun untuk memulai usaha. Dengan kemampuan berpikir anda yang telah terlatih, pastilah anda akan mencari cara keluar dari kondisi tersebut. Entah anda akan meminjam saudara anda, meminjam bank, dan lainnya. Intinya anda secara otomatis akan berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalah secara rasional.Â
Bisa kita lihat bahwa banyak orang yang telah terlahir dari keluarga kaya tetapi tidak menjadi kaya ketika ia meninggal. Namun, banyak dari orang-orang miskin yang ketika tuanya, dia tidak meninggal dalam kemiskinan. Jikalau kita bedah, masalahnya berada pada level fundamental di mana mereka tidak mau berpikir. Dengan kata lain, ketika mereka memang jarang menggunakan pikirannya, kemampuan alaminya untuk berfilsafat berkurang. Ketika kemampuan alami ini berkurang, maka outputnya pun akan menjadi buruk. Ketika mereka berpikir pun, apa yang mereka pikirkan tidaklah rasional.
Jikalau dalam level berpikir saja sudah tidak rasional, bagaimana dengan level realisasi. Maka banyak dan seringkali orang-orang memiliki ide yang terkesan "brilian" tetapi tidak logis. Elon Musk, meskipun ide-idenya gila, tetapi masih tetap berada dalam kerangka berpikir yang logis. Namun sebaliknya, beberapa politikus di Indonesia memiliki ide-ide yang gila, namun amat sangat tidak logis. Maka tidaklah aneh, kalau negara ini tidak bisa maju-maju. Di level pelaksana saja terlalu banyak ide-ide yang tidak memiliki dasar falsafah yang kuat dan secara praktik cenderung ngawur.
Maka seharusnya kita sudah bisa melihat, bahwa berfilsafat dan berlatih untuk berpikir bukanlah suatu hal yang membuang-buang waktu. Filsafat adalah latihan secara terus menerus. Anda boleh tidak bisa semua hal di dunia ini, tetapi ketika anda menguasai filsafat, maka anda bisa mempelajari semua yang anda tidak bisa sebelumnya. Anda boleh ditempatkan di tempat yang kotor, tetapi kalau pikiran logis dan kemampuan berfilsafat anda tajam, maka tempat kotor itu akan dapat anda buat menjadi bersih.Â
Sekali lagi, berfilsafat memanglah suatu pekerjaan yang tidak memberikan anda uang. Tetapi filsafat melatih otak anda untuk terus berpikir dan pada akhirnya membuat anda terpancing untuk terus mencari tahu, hingga pada akhirnya anda akan menemukan bagaimana uang datang pada anda melalui pemikiran anda tersebut. Jikalau Newton tidak bertanya-tanya tentang bagaimana apel jatuh, dunia kita saat ini tak akan ada. Sama dengan anda, jikalau anda tidak pernah dilatih untuk berpikir, bagaimana pertanyaan anda tentang bagaimana menjadi kaya akan datang?