Setiap siswa pasti memiliki interaksi berupa pendekatan dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi pendekatan yang dimiliki siswa satu dengan siswa yang lainnya pasti saja berbeda. Perbedaan interaksi tersebut sangat bergantung pada masing-masing siswa itu sendiri. Terkadang ada saja salah satu atau dua siswa dari sebuah kelas yang tidak peduli dengan hal-hal yang menyangkut kepentingannya sendiri di kemudian hari.Â
Pendekatan dengan guru BK misalnya, ada anak yang malu-malu bertanya mengenai langkah apa saja yang hendak dia tempuh setelah lulus dari bangku SMA. Padahal mereka mengetahui bahwa hal tersebut sangatlah penting guna mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari sumber yang ahli di bidangnya yakni guru BK. Siswa yang tergolong malu-malu tersebut butuh adanya pendekatan dari pihak yang bertugas. Pihak yang bertugas mengurusi masalah tersebut yakni guru BK. Guru BK haruslah mengadakan bimbingan pula mengetahui cara pendekatan apa saja untuk siswanya agar terwujudnya pendekatan yang baik.
Syamsudin (2004:295) pelayanan dalam bimbingan belajar perlu dilaksanakan dengan pendekatan-pendekatan tertentu. Berikut adalah 2 pendekatannya, yaitu :
1. Pendekatan direktif
Pendekatan direktif adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya yaitu pihak pembimbing (Guru BK), bukan siswa. Pendekatan ini juga dikenal sebagai bimbingan yang bersifat Counselor Centered. Pihak pembimbing (Guru BK) yang memegang peran utama dalam interaksi antar keduanya. Â Guru BK yang berusaha mencari dan menemukan permasalahan yang dialami siswa baik juga mengetahui bagaimana cara penyelesaiannya. Siswa hanya menerima dan mengikuti apa saja yang disarankan guru BK.Â
Guru BK sangat bertanggung jawab atas pelaksanaan bimbingan ini. Sistem pendekatan yang dianut oleh kaum psikoanalisis yang berasumsi bahwa guru BK harus lebih mampu daripada siswa yang sedang bermasalah yang mungkin kemampuan berpikir rasionalnya sedang mengalami gangguan. Oleh karena itu siswa perlu memeroleh bimbingan. Sebab seorang guru BK sebisanya memeroleh pendidikan dan pelatihan sehingga mencapai kualifikasi sebagai ahli dalam bidangnya. Dalam pendekatan ini, Wiliamson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini antara lain :
a. Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan pihak lain.
b. Anak yang berkesulitan, walaupun telah diberi arahan untuk melakukan sesuatu agar mengatasi masalahnya, tetap saja tidak berani melakukannya.
c. Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan orang lain.
2. Pendekatan non-direktifÂ
Pendekatan non-direktif adalah suatu proses pendekatan yang menjadi pusatnya yaitu siswa, bukan pihak pembimbing (Guru BK). pendekatan ini juga dikenal sebagai layanan bimbingan yang bersifat Client Centered, sifat tersebut menunjukkan bahwa pihak terbimbing diberikan peranan utama dalam bidang interaksi layanan bimbingan.Â