Mohon tunggu...
Vina Serevina
Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar Mata Kuliah Wawasan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Pemahaman Sekularisme dalam Dunia Pendidikan

28 Februari 2022   12:00 Diperbarui: 28 Februari 2022   12:07 5989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.mediaindonesia.com

Oleh: Dr. Ir, Vina Serevina, M.M., Saidatuzzahra Afnan, UNJ 2022

Sekularisme berasal dari bahasa latin, Saeculum. Kata ini memiliki 2 arti konotasi, yaitu waktu dan tempat. Makna waktu disini menunjukan sekarang atau kehidupan saat ini. Sedangkan makna tempat menunjukan arti dunia. Dari kedua arti ini dapat disimpulkan Saeculum berarti kehidupan dunia saat ini (sekarang). Secara bahasa sekularisme dapat diartikan sebagai paham yang memiliki prinsip bahwa kehidupan manusia di dunia tidak boleh adanya campur tangan agama.

Secara historis istilah sekularisme pertama kali digunakan pada tahun 1851 oleh seorang penulis asal Inggris yang bernama George Jacob Holyoake. Pada awalnya, istilah sekularisme ini memiliki konteks kebebasan dalam berpikir. Holyoake menggunakan istilah secularism saat itu untuk mengungkapkan pandangannya dalam memberikan suatu tata tertib (etika) sosial yang berjarak dengan agama tanpa harus mengkritik agama manapun.

Sebagai suatu paham, sekularisme mengajarkan kepada manusia agar terus meningkatkan kualitas hidupnya yang bermanfaat dengan mencari segala kebaikan di dunia melalui kemampuannya tanpa terikat dan merujuk pada suatu ajaran atau agama (Pachoer, 2016). Adanya paham sekularisme yang terus berkembang saat itu membuat orang berpandangan bahwa sekularisme berhubungan dengan paham atheisme. Atheisme merupakan suatu paham yang tidak mempercayai akan adanya keberadaan Tuhan sebagai pengatur dan pencipta alam semesta (Prayogo, 2019). Dari pendapat itu, sekularisme menjadi bentuk penolakan terhadap agama karena meragukan dan tidak mengandalkan Tuhan.

Sekularisme masa modern saat ini terus berkembang di dunia barat. Paham sekularisme memisahkan antara kehidupan manusia dengan agama yang terdapat dalam semua aspek kehidupan, baik dari sisi agama, pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai pemahaman sekularisme dalam dunia pendidikan.

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai paham sekularisme dimana ideologi ini memisahkan antara agama dengan segala urusan manusia di dunia serta dampak yang ditimbulkan. Dengan harapan setelah membaca ini akan memberikan manfaat tentang pentingnya peran agama dan tidak seharusnya memisahkannya dengan urusan apapun.

Pendidikan merupakan usaha atau proses untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan diri dalam belajar memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan sehingga akan terbentuk kebiasaan dan karakter dengan kepribadian mulia yang diturunkan secara turun-menurun melalui metode pengajaran, penelitian, dan pelatihan. Menurut (Nurkholis, 2013), pendidikan bukan hanya semata-mata sebagai suatu bimbingan dalam pengajaran ilmu maupun pembentukan kepribadian dan nilai moral saja. Namun pengertian pendidikan lebih dalam bermakna pembentukan pada bidang-bidang tertentu sehingga fokusnya lebih bersifat teknis (metode). Menurut tokoh pendidikan Plato, pengertian pendidikan adalah sesuatu yang dapat membantu dalam perkembangan individu sehingga akan memungkinkan tercapainya suatu kesempurnaan.

Manusia membutuhkan pendidikan karakter yang budi pekerti disamping belajar ilmu pendidikan. Keduanya ini tidak dapat dipisahkan. Orang yang berpendidikan tinggi namun tidak beradab akan menjadikan ilmu tersebut sebagai bumerang baginya. Oleh karena itu, disamping belajar ilmu kita juga harus menekankan pada aspek keagamaan karena ilmu tanpa adanya nilai-nilai agama akan tidak bermakna ilmu itu.

Selama perjalanannya, paham sekularisme terus menyebar sehingga akibatnya berdampak pada agama yang tersingkirkan dan menjadi aspek kehidupan yang sangat kecil. Agama terpisah dari urusan politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan (Jamaluddin, 2013). Sekularisme seperti yang kita tahu paham ini memisahkan agama dalam kehidupan manusia. Lantas apa dampaknya jika paham ini masuk dalam dunia pendidikan?

Jika dilihat dari sisinya, sekularisme ini idealnya sangat menghargai hak-hak individu dan yang minoritas. Karena landasan hukum paham ini adalah hak asasi manusia, ideologi saintisme, dan lain sebagainya. Sekularisme juga membuat kesetaraan untuk semua masyarakat sehingga setiap orang dapat mewujudkan cita-citanya. Sudah menjadi hal biasa jika ada sebagian yang meyakini paham ini karena mereka ingin bebas dan tidak terikat tanpa adanya unsur agama.

Namun di sisi lain sekularisme juga akan berdampak negatif bagi masyarakat. Dari sudut pandang agama Islam, sekularisme dipandang sangat bertentangan. Konsep sekularisme menjauhkan dan memisahkan aspek kehidupan termasuk pendidikan dengan agama sehingga tidak adanya pengontrol dalam kehidupan. Agama sebagai pondasi dasar yang menjadi aturan hidup umat manusia sehingga sekularisme yang memisahkan hal-hal itu merupakan sesuatu yang keliru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun