Mohon tunggu...
Xavier Kharis
Xavier Kharis Mohon Tunggu... -

“Dalam kesadaran moral ku, mata Allah menatapku, dan sejak itu, tak pernah dapat aku melupakan bahwa mata itu memandangku” (Kierkergaard)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyuarakan Kenabian Tidak Harus Berpolitik

27 November 2018   23:00 Diperbarui: 28 November 2018   00:21 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya selalu ingat Alm. Pdt. Dr. Eka Dharmaputera menegaskan bahwa gereja tidak boleh ikut campur dalam urusan politik. Hal ini mungkin sedikit menggelisahkan bila umat Kristiani mengingat salah satu tugas mereka sebagai gereja adalah menyuarakan suara kenabian. Dengan kata lain, gereja harus berperan seperti seorang nabi.

Apa maksudnya berperan seperti seorang nabi? Mari kita pahami dulu konsepnya secara lebih mendalam...

Seorang nabi (dalam perspektif teologi Kristen) adalah seseorang yang diutus oleh Allah yakni memberitakan firman-Nya, dan mengarahkan manusia kepada hidup yang baik dan sesuai kehendak Allah. 

Berdasarkan ini, orang Kristen juga perlu memahami bahwa nabi tidak hanya sebagai pemberita firman, melainkan ada beberapa misi penting yang dilakukan oleh seorang nabi, yaitu menyuarakan kritik atas permasalahan sosial dan bertindak atas permasalahan itu, ikut merasakan penderitaan rakyat, memperjuangkan keadilan dalam masyarakat, dan bertindak dalam rangka memperbaiki kehidupan umat manusia agar semakin dan jauh lebih baik di masa mendatang.

Jadi yang dimaksud gereja berperan seperti seorang nabi adalah gereja yang bersikap dan bertindak untuk menghadapi permasalahan sosial, menyuarakan keadilan, juga memperbaiki tatanan kehidupan manusia agar jauh lebih baik. Peranan seperti ini dalam dunia teologi disebut Pastoral Profetis.

Kalau begitu, umat Kristen harus sadar bahwa gereja tidak hidup sendiri di dunia ini. Di sekitar mereka ada kehidupan nyata, dan gereja tidak boleh tutup mata atas kenyataan yang berlangsung di sekitar mereka. Gereja bukan hanya ada dalam kehidupan sosial, tetapi gereja juga bagian dari kehidupan sosial itu.

Permasalahan politik juga salah satu permasalahan sosial, namun bila kembali ke dalam pernyataan Alm. Pak Eka, bukankah justru beliau bermaksud agar gereja tidak menyuarakan kenabian terhadap permasalahan politik? Apa pak Eka tidak setuju jika gereja menyikapi permasalahan sosial semacam ini?

Coba kita dalami dulu sebelum berasumsi...

Menurut saya pribadi, apapun alasannya gereja harus terpisah dengan negara. Bahkan saya sangat tidak setuju dan menolak apabila ada pendeta ataupun pejabat gerejawi terlibat aktif, dan menjadi bagian dalam kelompok-kelompok politik negara. Jika memang mereka (pendeta dan pejabat gereja lainnya) bergabung dengan kelompok politik negara, maka dia lebih baik meninggalkan tugasnya  dan melepas jabatannya sebagai pejabat gereja. 

Jika seorang pejabat gerejawi menjadi bagian dari kelompok politik negara, maka ia bukan lagi berperan sebagai bagian dari gereja, tetapi sudah berpihak kepada kelompok yang didukungnya itu. 

Dengan kata lain, meskipun bergabung dengan alasan demi menyuarakan kenabian, ia tetap tidak menyuarakan bahkan telah gagal. Karena ia tidak lagi berperan sebagai gereja. Mengapa? Karena gereja dan negara harus berdiri masing-masing, dan mengurus urusan mereka masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun