"May day..May day, Tanah Air tengah SOS, alias dalam keadaan darurat". Sorakan ini merupakan bentuk frasa kegelisahan saya terhadap para tokoh cendekiawan kita. Mereka-mereka yang berada di posisi pro pemerintah semakin berani mengeluarkan pernyataan bernada provokatif terhadap umat islam.
Omongan ngelantur yang baru menghebohkan masyarakat paska pemilu 17 April lalu, atas pernyataan 'provinsi garis keras' yang disebut Prof. Dr Mahfud MD sebagai ungkitan sejarah mengenai PRRI semesta.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008 hingga 2013 tersebut mencuitkan tulisannya di akun twitter miliknya belum lama ini, menyindir beberapa daerah yang mayoritas suaranya kepada salah satu paslon capres nomor urut 02, Prabowo-Sandi. Daerah yang disebut oleh Prof ahli tata Negara tersebut, Sumbar, ACEH, NTB, Jawa Barat serta Madura.Â
Tentu dengan cuitannya tersebut semakin memperkeruh kondisi politik tanah air. Selain system serta kinerja KPU jadi sorotan masyarakat atas adanya kecurangan yang merugikan salah satu paslon.
Sebagai anggota badan pembinaan Ideologi Pancasila, tak seharusnya pria kelahiran Sampang Madura itu menyampaikan kegelisahaan atas asumsi politiknya berlebihan. Sebagai orang terdekat dengan capres yang masih menjabat sebagai presiden tersebut dirasa tidak wajar, apalagi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam menjaga ideologi pancasila. Sebagai mana sila ke tiga, persatuan Indonesia.
Kegelisahan saya ini semakin tak terbendung dengan asumsi politik dari seorang pakar tata Negara. Seorang yang paham betul akan teori tata kelola suatu Negara. Dimana, sejaraha yang diasumsikan Mahfud MD bisa benar-benar terjadi. Tak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi terbelah-belah. Dan ada kemungkinan juga akan terbentuk Negara dalam suatu Negara.
Dalam cuitan nya tersebut mengatakan 'dulu' karena memiliki dua alasan. "Saya katakan DULU-nya karena dua alasan: 1) DULU DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, DULU PRRI di Sumbar, DULU GAM di Aceh, DULU DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lht di video ada kata "dulu". Puluhan tahun terakhir sudah menyatu. Maka saya usul Pak Jokowi melakukan rekonsiliasi, agar merangkul mereka"
Pesan saya ke bapak Mahfud MD yang terhormat, jangan sampai ucapan Anda diijabah Allah SWT. Karena suatu ucapan adalah doa kepada sang khalik. Apakah memang demikian yang bapak kehendaki? Indonesia menjadi pecah? Bertanggung jawablah atas apa yang anda sampaikan, rakyat sudah terluka dengan kecurangan. Kini, anda lukai lagi hati kami (umat islam) yang hendak kalian pecah belah!