Mohon tunggu...
Victor Angliawan
Victor Angliawan Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Amatir

Imajinasi adalah bagian terindah dalam anugerah yang Tuhan berikan pada manusia, dan menulis adalah salah satu cara terbaik untuk membuat imajinasi berubah menjadi nyata.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tuhan Itu Ada? God Truly Exists?

20 Oktober 2020   06:06 Diperbarui: 20 Oktober 2020   09:38 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: media.radiosai.org

Tuhan itu ada? Bagi saya ADA! Terlepas dari Tuhan mana yang kita sembah dan percaya. Sebuah perenungan malam hari yang terus berkeliaran di dalam pikiran saya membuat saya menunda tidur dan kemudian menulis artikel ini. 

Tanpa banyak menyinggung berbagai ilmu pengetahuan yang sudah digagas oleh banyak ilmuan dunia mengenai bukti bukti Tuhan itu tidak ada, saya hanya ingin mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran saya untuk menegaskan bahwa pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada adalah salah. 

Dimulai dari pengalaman pertama saya dalam hal percaya akan seniman yang dikenal lewat karyanya. Kala itu umur saya belum genap 6 tahun, seingat saya masih di kelas taman kanak-kanak. Saat saya memandangi hasil lomba mewarnai tingkat sekolah yang menjadi juara. 

Ketika itu saya melihat karya mewarnai  seorang siswi yang kita sebut saja namanya Irene, saya terpukau karena karyanya sangatlah rapih, tiap goresan pensil warna tepat tidak melewati garis gambar, dan ditambah permainan gradasi yang memukai membuat karyanya layak mendapat juara ke-1. 

Sejak hari itu tanpa mengenali Irene, tanpa pernah melihat dan berjumpa dengan dia, tanpa sadar saya telah belajar mempercayai sesuatu yang belum pernah saya jumpai. Saya mempercyainya lewat apa yang ia lakukan, lewat karya yang dibuatnya. Ya, saat itu saya mulai belajar percaya, percaya bahwa ada seniman yang nyata lewat sebuah karya yang dipertunjukkan.

Dalam hal mempercayai Tuhan, memang merupakan kasus yang jauh berbeda. Namun, dengan logika sederhana lewat mengagumi sebuah karya mewarnai seorang gadis kecil, saya telah dibuat menyadari sebuah logika yang amat besar yang tidak dapat dipecahkan orang hingga seumur hidupnya di dunia. 

Hingga kini, saya meyakini bahwa mereka yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan sebenarnya mereka tidak ingin mengakui Tuhan itu ada. Beberapanya lahir dari rasa kecewa terhadap banyak hal di dunia yang rasanya tidak adil baginya, sisanya lahir karena keangkuhan diri manusia yang menganggap semuanya memang berjalan dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok manapun selain manusia. 

Bagi saya, lebih mudah untuk mempercayai Tuhan itu ada ketimbang berusaha menolak dan menghilangkanNya dari dunia. Saya tidak perlu mencari teori-teori yang menghabiskan banyak waktu yang bagi saya itu sia-sia.

Saya tidak perlu meneliti lempeng bumi sampai ke bagian terbawahnya hanya untuk membuktikan bumi tercipta dengan sendirinya disebabkan ledakan besar di alam semesta yang dinamakan big bang.

Atau mengadakan riset ratusan tahun demi membuktikan teori evolusi bahwa manusia awalnya berasal dari sebuah sel organisme hidup bernama monera yaitu kerajaan  organisme uniseluler dengan prokariotik sel organisasi (tidak memiliki membran inti ), seperti bakteri yang adalah organisme bersel tunggal tanpa membran inti sejati (organisme prokariotik) yang setelah melalui 4 fase evolusi mulai dari fase Primitivo Animals (protozom), Invortebrato Intestinal Animals (Metazoa Evertebrata), Vertebrates (vertebrata), dan fase Mammals (mammalia), pada akhirnya berevolusi ria menjadi kita,  menjadi manusia, being human. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun