Mohon tunggu...
Via Puspitasari
Via Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mewujudkan Pendidikan Karakter Siswa melalui Budaya Sekolah

7 Desember 2022   01:20 Diperbarui: 7 Desember 2022   01:28 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI BUDAYA SEKOLAH 

Via Puspitasari

Pendidikan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan saja akan tetapi pendidikan dapat membentuk sikap atau karakter siswa. Namun pada saat ini di negara kita hanya menekankan pengetahuan dan kurang menekankan nilai-nilai karakternya maka diperlukan pembiasaan dan keteladanan yang baik untuk membantu siswa mengembangkan sifat-sifat karakter yang positif. Selain itu, negara kita sedang di hadapkan dengan permasalahan karakter atau krisis moral yg menjadi perhatian utama. Terlihat dari adanya perubahan orientasi kepribadian yang menghasilkan perilaku moral yang berbeda-beda, dan hal itu nampaknya terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Generasi muda di Indonesia yang saat ini menunjukkan tanda-tanda kemerosotan karakter. Meningkatnya fenomena perilaku antisosial pada remaja, khususnya di kalangan pelajar. Tiga kasus yang masih banyak terjadi pada anak (usia sekolah), menurut survei yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, yaitu anak-anak yang menggunakan narkoba (narkotika, rokok, alkohol, dll), anak korban kekerasan, dan anak yang melakukan tindak kekerasan di sekolah. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai agama khususnya keimanan dan ketaqwaan pada pelajaran agama tidak diimplementasikan dan bagaimana suasana sosial di kalangan siswa menjadi rusak. Menurut survei yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN), 24% pengguna narkoba secara keseluruhan adalah pelajar. Masalah sosial remaja lainnya yang belum sepenuhnya tertangani antara lain meningkatnya pergaulan bebas, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, perilaku curang, pornografi, perkelahian, perusakan hak milik dan fasilitas umum, dan geng motor anarkis (Sulhan, 2018) dan hal ini semuanya dapat dengan mudah ditemukan di televisi atau di kehidupan nyata.

Permasalahan karakter tersebut sudah menjadi sorotan tajam masyarakat, yg dimana sorotan tajam tersebut dituangkan dalam berbagai tulisan seperti dalam media sosial maupun dalam media cetak. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis moral. Menurut (Agustian 2008: 8) analisis Emotional Spiritual Quotient (ESQ) menunjukkan bahwa terdapat tujuh krisis moral yang terjadi pada masyarakat Indonesia, antara lain krisis tanggung jawab, disiplin, kebersamaan, dan keadilan. Krisis tersebut meliputi krisis kejujuran, tanggung jawab, dan tidak merencanakan ke depan.

Pendidikan di Indonesia tidak akan lepas dari persoalan kerusakan moral, kasus-kasus yang kini menimpa pemuda/generasi muda Indonesia harus menjadi peringatan keras bagi negeri ini untuk segera meningkatkan dan memaksimalkan pendidikan karakter di segala bidang kehidupan guna menentukan nasib bangsa Indonesia. Krisis moral generasi muda saat ini seharusnya mampu meyakinkan pemerintah Indonesia tentang kekurangan dalam pembentukan dan pendidikan karakter maka dari itu demi mewujudkan generasi muda yg berkarakter untuk kedepannya inilah pentingnya mengapa kita harus memecahkan semua persoalan ini agar negara kita kedepannya terlepas dari semua permasalahan karakter, hal ini dapat di mulai pada pelajar dengan pendidikan karakter melalui budaya sekolah karena suasana sekolah akan berdampak pada karakter siswa. Maka dari itu hal ini dapat mengarahkan siswa pada hal positif, seperti yg di kemukakan oleh (Wardani, 2014) bahwa budaya sekolah merupakan kegiatan yang melibatkan siswa berinteraksi satu sama lain dengan lingkungannya, termasuk siswa lain, guru , dan teman sebayanya yg bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan mendorong dialog terbuka dan interaksi antara kepala sekolah dan siswa, guru, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara khusus menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak (karakter) serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan mandiri.

Namun krisis karakter menunjukkan bahwa karakter siswa belum dibentuk sesuai dengan UU di atas melalui pembelajaran di kelas. Agar negara Indonesia tidak terisolir dari isu kemerosotan moral, dan pendidikan di Indonesia saat ini hanya fokus pada penyampaian ilmu pengetahuan dan kurang dalam mengajarkan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu karakter sebagai moral dibangun di atas dasar nilai-nilai yang lazim, maka salah satu alternatif dari metode pendidikan karakter adalah menggunakan budaya sekolah untuk mengembangkan karakter moral siswa.

Pendidikan karakter merupakan proses yang tidak pernah berhenti berlabuh pada nilai-nilai budaya bangsa yang menghasilkan pembangunan kualitas yang konstan dan terwujudnya sosok manusia masa depan (Mulyasa, 2014). Landasan proses pendidikan adalah totalitas psikologis, yang meliputi kapasitas setiap orang (kognitif, emosional, dan psikomotorik) serta peran totalitas sosial budaya dalam konteks hubungan dalam keluarga, lingkungan pendidikan, dan masyarakat. Sekolah yang baik adalah sekolah yang menumbuhkan lingkungan belajar yang mendukung selain menghasilkan siswa yang kompeten dan cerdas. Siswa belajar paling baik di lingkungan yang mendukung budaya sekolah yang positif. Bantuan semua pihak terkait sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan dan pengembangan kondisi sekolah yang baik (ma'as shobirin, 2016).

Motivasi dibalik budaya sekolah ini adalah untuk menyediakan lingkungan belajar yang positif (Shobirin, 2016). Tujuan budaya sekolah adalah menumbuhkan komunikasi dan interaksi yang positif antara penyelenggara sekolah dengan siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah, menurut Samani (muchlas samani, 2011). Pentingnya pendidikan karakter di sekolah sebagian besar ditanamkan oleh budaya sekolah. Untuk mengembangkan karakter siswa yang lebih baik, pendidikan karakter harus diimplementasikan ke dalam budaya sekolah.

Implementasi pendidikan melalui setiap kegiatan budaya sekolah mengandung nilai-nilai karakter, misalnya pada hari kartini yang membentuk nilai tanggung jawab karena harus bertanggung jawab mengenakan pakaian adat/kebaya di sekolah saat proses pembelajaran, disiplin karena berusaha menggunakan pakaian adat dengan lengkap dan cinta tanah air karena dengan menggunakan pakaian adat ini membuktikan bahwa mencintai budayanya dan bangsanya. "pendidikan melibatkan memimpin semua kekuatan alam yang ada pada anak-anak ini, sehingga mereka sebagai individu dan sebagai kontributor masyarakat dapat mencapai keamanan dan kesenangan sepenuhnya."(Dewantara, 2013:20). Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang berkepribadian, dan berakhlak mulia serta menjadi pribadi yang cerdas, berilmu, dan intelektual. Pendidikan juga harus mempertimbangkan budaya, yang merupakan produk dari kecerdikan, rasa, dan inisiatif manusia dan mencakup pencapaian luar biasa dari orang-orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun