Mohon tunggu...
noviana sulistyawati
noviana sulistyawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

setiap orang akan bersinar dengan cahayanya masing masing. mereka punya jalan dan cara yang unik untuk melakukannya. just be yourself and perform.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

JEMARI (Jejak Mimpi Anak Negeri) #AksiBarengLazismu

18 November 2014   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:28 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

JEMARI (Jejak Mimpi Anak Negeri)

#AksiBarengLazismu

“Mendidik adalah tugas moral semua kaum terdidik” – Anis Baswedan

Kutipan dari Bapak Anis Baswedan diatas berhasil mengusik hati dan pikiranku. Sebagai mahasiswa aku harus bisa membagikan ilmu yang sudah aku dapatkan semasa duduk di bangku sekolah dan kuliah, karena sejatinya hidup itu untuk belajar dan berbagi.

Bersama teman-teman seperjuangan, aku memulai aksi nyata untuk berbagi dengan ikut andil dalam mendidik bibit-bibit penerus bangsa. Pucuk dicinta ulum pun tiba, tak sengaja temanku melintasi sebuah kampung di seberang kampus. Kampung tersebut bernama Pucang Sawit, wilayahnya tak begitu luas tapi jumlah penduduknya melimpah. Pucang Sawit tepatnya RT 01 RW XI diapit oleh sebuah taman pemakaman umum bernama TPU Purwoloyo yang luas, dan rel kereta api yang persis dimuka rumah warga. Mendengar pemaparan temanku mengenai keadaan fisik Pucang Sawit tersebut, muncullah keinginan untuk mengabdi disana. Kami pun melakukan survey kecil-kecilan, bertandang ke Pucang Sawit RT 01 untuk sekedar mengobrol dengan warga atau mengajak anak-anak Pucang Sawit bermain, yang kesemua itu kami lakukan untuk mendekatkan diri dengan warga dan mengetahui kebutuhan mereka.

Pucang Sawit RT 01 RW XI merupakan RT terpadat di RW XI dengan jumlah penduduk mencapai 117 KK dan jumlah anak-anak sekitar 80 orang. Dengan jumlah anak-anak yang tehitung banyak, disana belum ada tempat yang layak untuk bermain. Sepulang sekolah, anak-anak Pucang Sawit membunuh waktu dengan bermain. Tak jarang mereka bermain di TPU bahkan di pinggir rel kereta api yang sangat mengundang resiko. Setiap hari anak-anak Pucang Sawit bertemankan panasnya matahari, tak akan berhenti bermain bila matahari belum berganti dengan bulan. Tenaga mereka pun terkuras untuk bermain tanpa ada sisa untuk mereka gunakan belajar. Waktu untuk belajarpun seringkali tidak masuk jadwal keseharian mereka setelah pulang sekolah. Yang mereka tahu belajar itu hanya disekolah, dan dirumah adalah waktu bermain. Kurangnya kesadaran anak-anak Pucang Sawit untuk belajar diperparah dengan  kondisi lingkungan non fisik yang kurang mendukung pertumbuhan anak-anak Pucang Sawit. Sebagian besar orang tua disana kurang memperhatikan pendidikan anak, juga sikap dan perilaku orang dewasa tidak memberikan teladan baik sangat berdampak pada moral dan karakter anak. Terkadang anak-anak Pucang Sawit harus menyaksikan orang dewasa menenggak minuman keras. Pemandangan seperti itu akan menginternalisasi di dalam benak mereka hingga dewasa nanti, besar kemungkinan mereka meniru perilaku terlarang tersebut. Suatu sore di Pucang Sawit ada anak yang dengan muka polos berkata kepadaku “ Mbak, bapakku kalau mendem disana lho”  hatiku miris mendengar anak kecil itu berujar demikian. Tekad kami semakin kuat, kami harus melakukan sesuatu. Kami tidak ingin anak-anak Pucang Sawit tumbuh dengan bekal pendidikan dan karakter yang tidak memadai untuk masa depan mereka. Kami ingin masuk kedalam dunia  mereka dan memberikan perubahan kecil bagi mereka. Kami ingin anak-anak Pucang Sawit mulai memperhatikan pendidikan mereka tanpa meninggalkan kecintaan pada bermain. Kami juga ingin mengajak anak-anak Pucang Sawit untuk bermimpi dan mewujudkannya bersama.

Berangkat dari permasalahan diatas dan kesadaran kami sebagai kaum yang sedang menjalani pendidikan tinggi, pengabdian yang kami lakukan berfokus pada pendidikan dan moral anak-anak di Pucang Sawit. Kami ingin menyediakan wadah bagi anak-anak Pucang Sawit untuk bermain dan belajar bersama. Dengan wadah tersebut kami pun ingin membersamai anak-anak Pucang Sawit menggapai impian mereka karna kelak merekalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. Kami menamainya Jemari (Jejak Mimpi Anak Negeri. Kami berharap wadah yang kami bentuk di Pucang Sawit untuk anak-anak disana dapat mengantarkan pada mimpi mereka dengan bekal ilmu dan moral yang baik. Jemari adalah wadah bagi anak-anak Pucang Sawit untuk merangkai dan mewujudkan mimpi mereka yang akan terekam dalam setiap jejak langkah hingga kelak menuntun mereka pada gerbang kesuksesan.

“ Setiap orang memiliki mimpi, yang membedakannya dengan orang lain adalah kemauan untuk menggapainya. Dan kami akan menemani dan membersamai anak-anak Pucang Sawit untuk menjemput mimpi mereka “

Mimpi hanya akan menjadi angan apabila tidak diikuti dengan usaha dan kerja keras. Faktor penting yang turut menyumbang pada pencapaian mimpi yaitu pendidikan. Pendidikan adalah salah satu gerbang menuju terwujudnya mimpi dan harapan. Oleh karena itu kami membentuk les gratis bagi anak-anak Pucang Sawit. Tujuan les gratis tersebut yaitu untuk menemani anak-anak Pucang Sawit memahami materi pelajaran yang diberikan di Sekolah. Selain itu kami berharap dengan adanya les gratis bisa menumbuhkan semangat belajar anak-anak Pucang Sawit dan menjadi bekal untuk meraih cita-cita dan mimpi mereka. Les diberikan kepada anak-anak Pucang Sawit yang duduk dibangku TK (Kelas Periang), SD (Kelas Juara) dan SMP (Kelas Pemenang). Les dilaksanakan selama satu jam dengan mengulas materi yang sudah diterangkan disekolah. Pemberian les dilakukan dengan cara yang tidak monoton, terkadang kakak pengajar mengadakan kuis di dalam kelas, ada pula pengajar yang menggunakan teka teki silang sebagai media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar juga dilakukan diluar ruang kelas agar anak-anak Pucang Sawit tidak merasa bosan dan mereka dapat mempraktekkan langsung apa yang dipelajari, seperti melakukan wawancara dengan salah satu warga, mengamati hewan dan tumbuhan dll. Disetiap pertemuan tak lupa pengajar mengajak anak-anak Pucang Sawit untuk senantiasa membiasakan diri melakukan kebaikan dan memberikan contoh. Hal ini dilakukan untuk membentuk moral dan karakter anak-anak Pucang Sawit.

Les gratis yang diadakan di Pucang Sawit sudah kami mulai dari bulan Oktober dengan jumlah pengajar lebih dari 25 orang. Pengajar atau yang kami sebut volunteer adalah mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret yang telah mendaftar dan melakukan screening. Setelah dinyatakan diterima menjadi salah satu pengajar Jemari, para volunteer diberikan bekal dan modul untuk mengajar. Tujuannya agar volunteer yang sebagian besar adalah mahasiswa baru dapat mempunyai gambaran bagaimana mengajar. Setiap bulan sekali para pengajar akan dikumpulkan untuk evaluasi keberjalanan kelas dan berbagi cerita selama mengajar yang diberi nama dengan Berita (berbagi rasa dalam cerita).

Sampai saat ini kegiatan les gratis kami lakukan di salah satu rumah warga dan Posyandu. Karena keterbatasan dana, kami meminta ijin kepada bapak RT untuk bisa menggunakan Posyandu dan meminta ijin salah satu warga untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat anak-anak pucang Sawit belajar. Disamping itu anak-anak Pucang sawit melakukan kegiatan les gratis dengan beralaskan keramik tanpa meja dan papan tulis dari time table. Walaupun dengan fasilitas yang kurang memadai tersebut tak menghalangi mereka untuk selalu semangat mengikuti les.

Melihat antusias dari anak-anak Pucang Sawit untuk mengikuti kegiatan les, kami memiliki keinginan untuk menyediakan tempat bagi mereka untuk menambah ilmu, yaitu dengan membuat perpustakaan. Dengan membaca buku, anak-anak Pucang sawit mampu menjelajah dunia tanpa mereka harus mengunjunginya. Kami percaya bahwa dengan membaca buku dapat menambah wawasan dan pengetahuan anak-anak Pucang Sawit, yang pastinya akan berguna bagi mereka untuk meraih mimpi dan cita-cita mereka. Namun keinginan tersebut tersendat karena jumlah buku yang ada belum memadai, selain itu kami belum memiliki tempat yang layak untuk membuat perpustakaan. Namun hambatan tersebut tak lantas menghalangi niat kami untuk membuat perpsutakaan bagi anak-anak Pucang Sawit. Dengan jumlah buku seadanya kami menggelar buku didepan WC umum Pucang Sawit dan mengajak anak-anak disana untuk membaca buku atau mendengarkan dongeng. Keingintahuan mereka terhadap buku rupanya cukup besar. Kami akan mengusahakan lebih banyak buku yang ada agar mereka lebih leluasa memilih buku yang akan mereka baca. Kami juga akan mengusahakan tempat yang nyaman dan layak untuk mereka membaca buku.

Kami berencana untuk menyewa sebuah rumah di Pucang Sawit RT 01 untuk digunakan sebagai rumah Jemari. Di rumah tersebut akan kami sediakan ruang kelas sebagai tempat anak-anak Pucang Sawit belajar, tempat bermain sebagai sarana anak-anak Pucang Sawit untuk bermain di dalam ruangan dan perpustakaan yang nyaman untuk mereka membaca buku. Berikut adalah rincian anggaran yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan yang sudah terlaksana maupun yang akan kami laksanakan.

ITEM

Harga Satuan (RP)

Q

Satuan

Jumlah (Rp)

Sewa rumah dan listrik

6.000.000

1

Buah

6.000.000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun