Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Mudik Online Gratis Berbuah Manis

16 Mei 2020   05:41 Diperbarui: 16 Mei 2020   05:42 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot YouTube: KOMPAS tekno

Mudik tahun 2020 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena sampai kini pandemi Corona belum teratasi. Jumlah pasien positif corona masih massif di sejumlah daerah.  Sebagian orang masih nekat berkumpul atau hangout kesana kemari dan mudik offline juga masih kita temui. 

Bersyukur, pemerintah masih konsisten memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Meskipun terjadi polemik karena adanya rencana relaksasi PSBB dari pemerintah. Tujuannya disebut-sebut untuk memutus mata rantai penyebaran pandemi Corona dan memulihkn pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan.

Saya selaku ASN bertugas sebagai Pranata Humas Kanwil Kemenag Riau, harus mematuhi larangan yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Menteri Agama No.7 tahun 2020. 

Isinya pertama, untuk meminimalkan pergerakan pegawai Kemenag dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, Edaran tersebut bertujuan untuk mencegah  terjadinya penyebaran Covid-19. Bahkan akan ada sanksi bagi ASN Kemenag yang melanggar larangan tersebut. sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai. Kecuali mendapat izin dari atasan masing-masing. 

Sejak menikah,  aku mulai tinggal di perantauan. Tadinya aku rutin melakukan ritual mudik lebaran setiap tahun. Entah itu ke rumah orangtuaku ataupun ke tempat mertua. Kendati bakal merasakan antrian panjang, macet dijalan, dan lelah saat dalam perjalanan. Entah kenapa, justru perjuangan yang demikian menjadi momen indah ketika dikenang. Rasa lelah pun pasti terbayar ketika bersua sanak keluarga dikampung halaman. Senyuman merekah yang menyambut, tatapan dan pelukan hangat yang mengusir rindu, tentu tak akan pernah tergantikan dengan kebijakan mudik online sekarang.

Sungguh, butuh kekuatan hati untuk tidak mudik offline. Butuh kesadaran tinggi bahwa risiko mudik offline itu tidak sebanding dengan manfaatnya. Bahkan dalam Islam yang secara harfiah adalah agama keselamatan. Prioritasnya tentu menjaga kesalamatan dari pada mengejar manfaatnya. Soal teknis tidak perlu dipolemikkan. Mudik offline dan atau online, tergantung situasi dan kondisi. Yang utama adalah dasar dan tujuan mudik tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Surat Edaran. 

Berdasarkan itulah, kini aku harus menyiasati mudik online agar silaturahmi tetap terjaga dan kerinduan bisa terlepaskan. Hasrat berbagi pun tersalurkan.

1.  Persiapan Jasmani, Rohani dan Kedisiplinan

Aku tak mau ngeyel, suka atau tidak, aku perlu menyiapkan ritual mudik secara online. Bagaimanapun ini kulakukan demi terjaminnya kesehatan jasmani dan rohani serta menjaga kedisiplinanku sebagai ASN. 

Bukan hanya untuk menghindari virus, tapi juga untuk menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan kita sakit, walau dirumah saja. Mudik online tidak ada artinya kalau kita menderita sakit, bukan?. Gimana ceritanya kalau mudik online, sementara kita bersembunyi dibalik selimut. Keluarga yang menyaksikan kondisi kita sakit pun bakal kalang kabut. Tentu nggak mau donk. 

Selain itu kita juga perlu mempersiapkan siraman rohani agar tidak shock mengalami mudik online. Hitung-hitung sebagai penguat untuk meluruhkan rindu. Teknisnya bagaimana?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun