Mohon tunggu...
verzal arhinza
verzal arhinza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Ketidakseimbangan Peran Orangtua dalam Keluarga

29 Juli 2022   17:21 Diperbarui: 29 Juli 2022   17:26 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Verzal Arhinza Himawan

Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Mata Kuliah: Kinship & Sosiologi Keluarga

Mata Kuliah ini mengkaji mengenai keluarga yang merupakan lembaga sosial dan kelompok sosial kecil dalam masyarakat yang mempunyai struktur dan fungsi, peranan dan status serta mekanisme sosialisasi anak yang bersifat khas dibanding dengan kelompok sosial dan masyarakat luas.

Partisipasi perempuan saat ini, bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya yang mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Melihat potensi perempuan sebagai sumber daya manusia maka upaya menyertakan perempuan dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa mengikut sertakan perempuan dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi (Pudjiwati, 1983:23). 

Partisipasi perempuan menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia (Sukesi, 1991:65).

Kehidupan modern dan era pembangunan dewasa ini, wanita dituntut dan sering termotivasi untuk mengembangkan karir dengan bekerja di luar rumah. Pada saat wanita menjalani karirnya, wanita juga dituntut untuk dapat berperan sebagai istri, serta ibu yang mengasuh dan merawat anak. Kaum perempuan berusaha untuk menyatukan karier dengan kehidupan keluarga, namun dalam prosesnya mereka seringkali menghadapi konflik dalam menyatukan urusan rumah tangganya dengan pekerjaannya. 

Masalah ini sering dialami oleh para perempuan pekerja yang mengutamakan keluarganya namun merasa sulit untuk melepaskan kariernya begitu saja. Masalah peran ganda menyulitkan kedudukan perempuan pekerja di luar ranah domestik. Menurut Goode (Kaltsum, 2006:45), konflik peran ganda adalah kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Di mana, wanita bekerja dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya baik di dalam keluarga, di kantor, sementara di sisi lain juga dituntut untuk dapat memberikan unjuk kerja (performance) yang maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi kerja wanita untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor.

Hurlock mengatakan bahwa tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan keluarga merupakan tugas yang sangat penting dan sulit, mereka harus melakukan penyesuaian diri dengan peran-peran tersebut (Hurlock, 2006:15). Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri terhadap peran-peran yang ada baik dalam ranah domestik dan ranah publik atau yang disebut dengan peran ganda. Keluarga merupakan satuan unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang disatukan melalui ikatan perkawinan. Laki-laki dan perempuan memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga dengan berbagai pertimbangan yang sudah dipersiapkan mereka berdua secara matang. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan gambaran yang biasanya ada pada masyarakat.

Peran ganda yang dilakukan oleh seorang perempuan tidak hanya akan berpengaruh terhadap kehidupan perempuan peran ganda itu sendiri, tetapi juga akan sangat berpengaruh terhadap keluarganya. Perceraian merupakan salah satu faktor penyebab banyaknya single parent di Indonesia. Jumlah perceraian semakin meningkat dari tahun ketahun. 4 Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Data di Indonesia pada tahun 2005-2010 Badan Urusan Pengadilan Agama Mahkamah Agama mencatat angka perceraian di Indonesia meningkat hingga 70%. Pihaknya tidak menyangkal terjadi kenaikan perceraian di atas 10 persen dibanding angka tahun 2010. 

Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perceraian di seluruh Indonesia. Penyebab terjadinya perceraian ini akibat dari beberapa faktor yakni faktor ketidakharmonisan sebanyak 91.841 perkara, tidak ada tanggungjawab 78.407 perkara, dan masalah ekonomi 67.891 perkara. Data lain menyebutkan bahwa masih ada 7 juta orang wanita merupakan kepala keluarga. Penyebab hal ini beragam diantaranya perceraian dan kematian . Hal ini menunjukkan bahwa tingginya angka orang tua tunggal di Indonesia. (Kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak berdayakan ekonomi keluarga 2012).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun