Mohon tunggu...
Vera YohanaNabu
Vera YohanaNabu Mohon Tunggu... Perawat - ❤️

Seorang perawat gigi yang hobi menulis Ig: @verayohananabu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Kebahagiaan

17 Desember 2020   11:22 Diperbarui: 17 Desember 2020   11:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi seorang perawat dan istri dari seorang perawat yang bertugas di team Covid atau yang orang bilang sebagai garda depan tidaklah mudah. Sudah hampir 9 bulan kehidupan kami penuh dengan kekawatiran dan perjuangan. Kami tidak bisa berlibur, pulang kampung atau bahkan berkumpul dengan keluarga dan teman. Yang biasanya sebulan dua kali kami bertemu dengan teman semasa kuliah sekarang kami tidak bisa melakukannya. 

Bukan karena tidak ada waktu tapi kami harus menjaga diri kita sendiri dan tentunya orang-orang yang kita sayangi. Kami sudah tidak pulang  hampir setahun ternyata, hal itu selalu ku ucapkan setiap melihat kalender di dinding. Merindukan orang tua dan suasana kampung halaman. Bahkan aku merindukan tiga anak kecil tetangga yang diasuh neneknya karena orang tuanya sudah meninggal, biasanya kami menyantuni dia setiap pulang kampung. 

Tapi mau tidak mau karena keadaan, kami hanya berbagi melalui hadiah-hadiah kecil yang kami kirim melalui JNE. Sambil melihat kembali kalender aku bergumam "wah natal sebentar lagi". Lalu dengan segera kuambil telfon untuk memberi kabar orang tuaku bahwa kami berdua jelas tidak bisa pulang natal ini. Setelah percakapan di telfon selesai hatiku serasa ada embun yang mengalir sejuk, ya setelah mendengar kabar orang tua sehat rasanya tenang sekali.

Kemudian kulangkahkan kakiku ke teras rumah, jam sudah menunjukkan setengah 8. Hal ini berarti suamiku sebentar lagi pulang. Ku siapkan teh dan 4 potong roti di piring. Hari ini hujan turun sedari pagi, suami yang  sudah tiba di rumah dari dinas malamnya duduk menemaniku diteras sambil meminum teh dan makan roti. Y

a hal itu adalah rutinitas dia sebelum tidur kembali karena nanti malam harus dinas malam yang kedua. "Gimana mas pasienya sudah mulai turun?" tanyaku sambil menggeser roti dipiring kedekatnya. "Belum dek, malah tambah naik" katanya dengan raut wajah lelah. Belum sempat ku balas dia menambah lagi. "Tapi hari ini yang sembuh dua dek" senyumnya mengembang lebar. "Puji Tuhan ya mas, semoga banyak yang sembuh ya mas... "Kataku kemudian. Melihatnya tersenyum lebar, membuatku yakin dia penuh dengan kebahagiaan.

Kami berdua larut dalam cerita-cerita yang secara bergantian keluar dari mulut kami berdua. Kadang cerita itu membuat kami tertawa lepas, kadang pula harus membuat kepala kami berkerut. Sudah tidak terasa roti dan teh yang telah tersaji sudah habis. 

Sebelum beranjak ke kamarnya suamiku berkata "Dek, banyak hal yang terjadi ya tahun ini, tapi banyak kebahagiaan yang harus kita syukuri selain kesehatan, bisa merawat orang yang sakit kita juga banyak mendapat kebahagiaan lainya " katanya. Setelah mendengar itu aku sadar, dalam masa masa sulit ini ternyata kami bisa merasakan banyak kebahagiaan.

Ingatanku mulai berjelajah, mengingat apa saja yang sudah kita lewati di tahun ini. Agustus kami menikah. Karena pernikahan kami ditengah pandemi dan suamiku sebagai team covid kami mengganti pesta pernikahan menjadi hanya pemberkatan sederhana. Karena kami tidak bisa mengadakan syukuran kami mengirimkan bingkisan sederhana dengan JNE untuk semua keluarga, termasuk keluarga yang mungkin walaupun tidak pandemipun tidak bisa datang. Setelahnya telfonku dan telfon suami tidak henti-hentinya berdering. Semua mengucapkan selamat dan terimakasih,termasuk keluarga yang tidak pernah kita dengar suaranya dan tidak pernah berjumpa. Dikarenakan hal ini kita bisa mengobrol seru bertanya kabar, dan bercanda tawa. Luar biasa bukan...

Bukankah bahagia itu sederhana, bukan dengan mendapatkan apa yang kita inginkan saja bisa membuat kita bahagia. Tetapi menikmati keadaan dengan penuh syukur adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Doakan kami ya... Agar selalu sehat agar kami bisa berbagi setiap kebahagiaan kami entah kepada pasien ataupun kepada orang-orang sekitar kami. Karena kami percaya kebahagiaan bisa menular. Dan selamat berjuang menjadi pembawa kebahagiaan untuk kita semua..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun