Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Anak Desa yang Cuma D1 Itu Chef Executive Hotel Termewah di Dubai

15 Juli 2015   03:17 Diperbarui: 4 April 2017   17:21 69539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak anak bangsa yang berjaya di negeri orang. Mereka berhasil meraih berbagai posisi penting dan strategis di berbagai bidang. Menempatkan Indonesia untuk duduk sama dan sederajad dengan bangsa lain. Salah satunya Sri Mulyani Indrawati, dipercaya sebagai Managing Director di Bank Dunia.

Kali ini ada Budi Setiono, diaspora yang mampu meraih posisi sebagai Executive Chef di salah satu hotel termewah yang ada di Dubai. Lebih tepatnya dia adalah Executive Pastry Chef di Waldorf Astoria Hotel & Resorts,Dubai Palm Jumeirah. Waldorf Astoria sendiri merupakan hotel yang berada pada strata tertinggi dalam grup Hilton. Di dunia ini cukup sulit bisa menjadi seorang executive chef di hotel berbintang kelas atas jika anda bukan orang Perancis, Swiss, Belgia atau Jerman.

Asalnya dari desa Wanareja. Sebuah desa kecil yang termasuk dalam Kecamatan Karanganyar, Kebumen. Jika pembaca sering melewati jalur selatan menuju Yogyakarta, maka akan melewati Karanganyar. Nah, persis sebelum memasuki kota, di sebelah kiri akan tampak perbukitan dimana desa Wanareja berada.

Lulus SMA pada tahun 1992 ia coba merantau ke Bandung. Bekerja sebagai buruh pabrik, malam hari ia gunakan untuk bekerja di tempat permainan bilyard. Keinginannya hanya satu yaitu agar bisa mendapatkan uang untuk bisa kuliah. Namun gajinya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Setelah 2 tahun bekerja akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan mulai mencari pekerjaan yang lebih baik.

Suatu ketika ada yang menawarinya untuk bekerja di sebuah hotel kecil di Bandung. Di sana pertama bekerja sebagai housekeeping kemudian dipercaya untuk menangani front desk. Sekaligus ikut bantu-bantu tugas dapur. Nah, di sinilah timbul ketertarikannya pada dunia kuliner. Tidak berapa lama ia memberanikan diri untuk ikut sebuah walk in interview dari salah satu kafe terkenal di Bandung. Beruntung ia diterima bekerja di bagian kitchen. Sayang, tidak beberapa lama ia harus kena PHK. Kafe harus tutup imbas dari krisis moneter waktu itu.

Karena susahnya mencari pekerjaan, akhirnya ia pun balik kampung lalu bekerja di restoran Candisari, Karanganyar. Di situ ia bekerja sebagai pelayan sekaligus cleaning service. Impiannya untuk kuliah masih besar saat itu. Berbekal hasil kerja di restoran tersebut ia coba merantau lagi. Kali ini ke ibu kota, Jakarta.

Ternyata Jakarta tidak seindah yang dibayangkan. Ini masa paling kelam dalam hidupnya. Terjerumus dalam kehidupan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tinggal di kost-kostan kumuh, 1 kamar buat ramai-ramai. Untuk mandi pun harus di sumur umum.

Tuhan memberi bantuan lewat seseorang yang mengajaknya bekerja sama membuka usaha kaki lima. Warung kecil-kecilan di pinggir jalan yang menjual indomie. Dari sini Budi akhirnya bisa kuliah sembari bekerja. Budi mengambil program D1 di sebuah sekolah pariwisata di Jakarta. Tujuannya hanya sederhana yaitu mematangkan keterampilan agar segera bisa bekerja di tempat yang lebih layak.

Mimpinya untuk bisa mandiri setelah lulus D1 tertunda. Ia harus mengalami kecelakaan yang hampir merengut nyawa. Ditabrak sebuah mobil ketika sedang menyeberang jalan. Tulang pahanya retak dan kedua lengannya patah. Musibah itu memaksa ia harus dirawat selama 2 minggu di RS. Dan butuh 4 bulan lebih untuk bisa berjalan secara normal.

Berbekal keterampilan yang telah dimiliki ia kemudian bekerja di sebuah hotel di kota Bandung. Tekad yang besar untuk bisa lebih maju dan berkembang membuat ia mengikuti walk in interview untuk penempatan di Dubai. Dari ratusan pelamar hanya dia yang diterima untuk bagian kitchen. Ketika itu usianya baru menginjak 26 tahun.

Dari Dubai ia coba ‘merantau’ berkeliling dunia. Mulai dari Muscat-Oman lalu ke Austin, Texas. Kemudian pindah ke Calgary, Kanada. Untuk lebih mengembangkan karir ia sempat bekerja di sebuah hotel terkenal di kep. Karibia. Lalu sebuah tawaran yang lebih menarik membuatnya kembali ke Dubai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun