Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Semua Orang Punya Dosa Favorit

22 April 2021   19:51 Diperbarui: 9 November 2021   22:41 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Dosa mungkin suatu istilah yang sangat teologis. Secara sederhana, dosa bisa dimengerti sebagai apapun yang melanggar kehendak Allah. Kita bisa mengetahui kehendak Allah dari Kitab Suci dan Teologi masing-masing agama kita. Saya sendiri tidak tahu, bagaimana orang-orang ateis memahami istilah ini. Mungkin mereka menilai itu dosa atau tidak berdasarkan prinsip rasional; Yang berdosa adalah yang tidak rasional.

Kali ini, izinkanlah saya mengelaborasi istilah "dosa" tidak berdasarkan teologi agama manapun. Untuk sementara, dosa bukanlah istilah yang dibahas dalam dunia Filsafat. Filsafat tidak meminati istilah ini. Kalau istilah ini "terpaksa" dijelaskan secara filosofis, mungkin dosa dapat dipahami sebagai apapun yang tidak memanusiawi. Nah, kalau dosa dipahami demikian, maka Filsafat bisa menjelaskannya. Filsafat bahkan dikenal sebagai ilmu yang suka memerangi setiap tendensi yang tidak manusiawi.

Apapun pemahaman kita atas dosa, saya yakin, dosa melulu adalah itu yang bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani tentu saja fakultas khas manusiawi. Anjing dan babi tidak memiliki hati nurani. Oleh karena itu, istilah dosa hanya mungkin dimiliki oleh makhluk bernama manusia. Dosa adalah istilah yang hanya mungkin dilekatkan pada manusia.

Di atas semua itu, dosa sebetulnya adalah pengalaman yang sangat personal. Siapapun  di antara kita, seharusnya tidak punya hak untuk menilai yang lain sebagai pendosa. Mungkin kita hanya akan mengatakan "dia bersalah". Bahkan, para jaksa di pengadilan pun melihat pelaku pemerkosaan hanya sebagai terdakwa bukan pendosa. Meskipun kita tahu, pemerkosaan adalah tindakan yang sangat tidak manusiawi.

Hati nurani kita sendiri adalah satu-satunya otoritas yang menilai apakah kita sedang berdosa atau tidak. Di pengadilan, hukum - yang sudah diterjemahkan ke dalam beragam pasal - menjadi prinsip dasar penilain, apakah sesorang bersalah atau tidak. Sementara dosa adalah itu yang hanya diketahui oleh hati nurani kita sendiri. Hukum sipil berurusan dengan tindakan. Seseorang akan dijadikan terdakwa hanya kalau dia terbukti melanggar hukum. Sebaliknya, hati nurani bahkan menilai disposisi-personal jauh sebelum disposisi itu terealisasi dalam sebuah tindakan. Kita akan merasa berdosa bahkan saat kita sedang berniat saja. Saat kita sedang berniat mencuri, sebetulnya kita sudah menjadi pendosa, meskipun kita belum bertindak mencuri.

Perlu diketahui, kita semua sebetulnya adalah para pendosa. Dan, saya yakin, kalian semua di luar sana, selalu punya yang namanya "Dosa Favorit". "Dosa Favorit" adalah kebiasaan yang sebetulnya kita tidak suka, tetapi kita selalu melakukannya berulang kali. Saya kira, penyesalan adalah reaksi yang paling membuktikan, kalau kita sebetulnya tidak suka dengan kebiasaan tersebut. Hati nurani kita sering kali melarang, tetapi kadang-kadang, tubuh menginginkan pemuasan. Kalian mengerti to? hehe. 

"Setiap kejahatan selalu berawal dari niat".

Oleh: Venan Jalang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun