Mohon tunggu...
Antoni Wijaya
Antoni Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis blog, creative writer

Loves writing, reading.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Passion of Death"

6 November 2017   11:03 Diperbarui: 6 November 2017   11:08 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: leamingtonobserver.co.uk

Kalimat bijak mengatakan, hidup itu hanya sekedar mampir untuk minum. Persoalan apa yang anda minum, itu adalah pilihan hidup. Anda minum air putih, sehat. Minum kopi? kena ginjal. Minuman keras? Syaraf rusak dan mungkin komplikasi.

The World is a Battleground. Bahwa hidup ini hanya sementara, dan selebihnya kita akan berada disuatu alam dimana kita akan dinilai hasil ujiannya di dunia. Hidup bagi umat beragama memiliki misi dan tujuan yang harus dicapai. Kalimat ini hanya bagi yang percaya. Untuk yang tidak, seperti atheis contohnya. Hidup adalah kebetulan, alam semesta adalah kebetulan, jadi mereka tidak berpikir terlalu rumit. Mereka hanya enjoy the life.

Cara berpikir atheis itu lebih simple, tetapi Saya tidak akan membahas soal atheis karena menurut saya terlalu simpel. Sementara, saya suka yang njelimet.

Hidup adalah salah satu jalan yang harus dilewati sebelum sampai ke alam kekal dan abadi. Yang harus dilakukan adalah berusaha melewati semua tantangan dan mengusahakan yang terbaik agar di alam yang kekal itu, kita mendapat tempat yang diharapkan.

Kalimat di atas tentu hanya diyakini oleh manusia yang memiliki agama, karena hanya yang ber-agama yakin akan ada kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, semua yang beragama akan berlomba menabung untuk kebaikan mereka di dunia yang mereka sebut sebagai Akhirat.

Apa yang ditabung? Ketaatan? Kepasrahan? Iman? Keyakinan?. Sejujurnya, penulis tidak akan mengelompokan kebenaran kedalam bekal di akhirat. Kebenaran tidak memiliki nilai obyektif. Kebenaran adalah subyektif. Kebenaran adalah cara pandang terhadap suatu norma yang berlaku dimasyarakat dan sifatnya adalah materialistik. Kebenaran adalah hawa nafsu.

Hampir semua kitab keagamaan mengatakan, musuh terbesar manusia adalah hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang menjadi momok bagi semua yang beragama. Hawa nafsu adalah pangkal bencana umat manusia. Perang dan pembunuhan terjadi dan memakan jutaan nyawa manusia, semua karena hawa nafsu. Hawa nafsu adalah menu favorit para setan dan para iblis.

Tapi hebatnya, hawa nafsu ini seperti Silent Killer. Anda sudah dikuasai namun Anda tidak menyadarinya. Bahkan, hawa nafsu ini menyusup diantara pemikiran tentang agama. Ketika Anda menyatakan suatu kebenaran mutlak kepada orang lain, secara tidak sadar Anda sedang memelihara hawa nafsu. Nafsu bahwa tidak ada yang benar selain keyakinan Anda, bahwa yang lain adalah salah dan Anda harus meluruskannya. Pertanyaannya, apakah kebenaran mutlak itu benar-benar ada? Masing-masing manusia memiliki passion of death. Dari deskripsi passion inilah akan terlihat kemana cara hidup Anda dan kemana kebenaran itu akan bermuara.

Keyakinan akan kebenaran mutlak menjadi silent killer yang menggerogoti setiap inchi otak dan hati manusia ketika melihatnya dari prinsip keyakinan. Setiap individu akan mengatakan kebenaran mutlaknya adalah kitab agama mereka masing-masing. Itulah yang berbicara adalah hawa nafsu. Musuh terbesar manusia yang harus ditumpas.

Makhluk beragama mengenal setan/iblis, tetapi tidak dapat melihat bentuknya. Jika Anda ingin tahu seperti apa bentuknya, maka bercerminlah. Lihat Anda sendiri. Mungkin saja ada setan/iblis yang hidup dimulut Anda dalam bentuk kata-kata kotor. Mungkin saja ada setan/iblis dalam hati Anda dalam bentuk iri dan dengki. Mungkin saja Anda adalah setan/iblis itu sendiri.

The World is a Battleground. True! Dunia ini adalah arena peperangan antar hawa nafsu, bukan memerangi hawa nafsu. Karena Anda, sedang memperjuangkan hawa nafsu yang menjadi fantasi Anda.[Adw]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun