Mohon tunggu...
Varhan AZ
Varhan AZ Mohon Tunggu... Auditor - Penyemangat

Beneficial #ActivistPreneur

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mencintai Sepak Bola

27 September 2018   15:11 Diperbarui: 27 September 2018   15:27 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesambet lagi,  dan saya menulis lagi

Sy bukan fanatik bola.  Tapi saya suka bola.  Sebagai anak laki,  agak telat saya sukanya.  Kelas 2 SMA.  Itupun karena sejak kecil sy ga jago main bola. Baru SMA saya sadar,  saya bisa main, bisa cetak gol,  tau cara buat cetak gol,  meski ga bisa dibilang jago. 

Dari sana sy belajar cinta bola.  Biar nyambung ngobrol sama teman,  saya harus punya klub idola. Bingung pilihnya,  yg bagus banyak,  ada MU,  barca,  chelsea,  milan,  inter,  madrid,  setidaknya itu nama2 yg sering disebut,  sebenarnya yg tau cuma MU.  Then,  akhirnya finally (ala anak jaksel)  pilihan sy jatuh ke milan. 

Alasanya simple,  karena ada salah satu senior paskibra saya mba yg baik sma saya suka milan, sepele bgt ya. Club luar negeri udah, dalam negeri musti pilih ni. Maka jatuhlah hati. Ke persita,  alasanya krn sy orang tangerang. Dn persita lagi jago dulu,  pernah masuk final. Liga utama 2000an..  waktu sma si pendekar cisadane ini masuk 5 besar. Seneng deh jagoanya jago. 

2007 milan champion. Gila happy banget. Jam1 malem teriak2, seneng liatin gatuso grasakin ronaldo. Abis itu milan melempem,  persita tenggelem.  Tetep cinta ga?  Tetep. Katanya supporter sejati,  selalu bersama suka duka,  menang kalah,  seri. 

Tapi saya bukan fanatik. Sy mencintai bola dengan realistis. Sebagai sebuah permainan,  untuk berolahraga,  menguatkan kesehatan,  menjaga silaturahmi,  dan sebagai hiburan. Kalau klub saya kalah,  saya ga kehibur. Malas nontonya,  makanya sy harus punya ga cuma. Satu jagoan. Saya cari lagi pelarian,  supaya sy nonton bola tetap happy. Seperti saat nonton motto gp,  sy suka rossi,  tapi rossi skarang jarang menang,  saya tetap. Suka dia,  tapi sy cari pelarian si dovi supaya bisa tetap ceria.

Ya bahagia,  itu kan yg kita cari dalam olahraga. Kamu boleh dukung klub manapun,  selama bukan timnas.. kamu boleh pindah2, ga dosa. Tapi kalau mau satu hati,  itu hak hakiki setiap penikmat bola.  Cara manusia menikmati sesuatu tentu berbeda - beda.  Sama dengan selera makan,  atau. Selera kopi,  ada yg suka manis,  pahit,  sedang.

Tapi kita harus rasional. Bola tidak sebanding dengan semua hal penting dalam hidup. Apalagi nyawa.  Kejadian wafatnya hairlangga menjadi satu kecewaan besa bagi bangsa ini,  bahwa kita belum bisa bercinta seperti orang dewasa dalam sepakbola. Nyawa manusia masih dianggap lebih rendah dari perbedaan jersey dan warna serta lambang.  Kita sudah menodai kesucian si kulit bundar. 

Sy yg jarang berkomentar di medsos,  terpancing menyatakan kekecewaan kepada oknum bobotoh pembunuh tsb.  Yg bersalah sedang diadili,  yg mati tdk bisa kembali. Dan saya bangga,  mendengar bahwa sesungguhnya,  dominasi mereka yg cinta damai masih lebih tinggi dari yg anarkis tak berkemanusiaan. 

Meski disayangkan,  masih ada kata2 asimpatik yg menyalahkan korban. Karena datang saat dilarang.  Hei bung,  bisakah sisi. Manusiawimu dimunculkan?  Naif atau tidak,  kesalahan hakiki,  berada di tangan yg menghilangkan nyawa. Bukan korban. Yg mati. 

Sy paham. Bobotoh yg tdk bersalah akan menjadi difensif. Karena perilaku durjana para pembunuh.. mereka ga membela si pembunuh.. tapi mereka juga ga mau alammater kebanggaanya di sudutkan.. maka keluarlah pembelaan2 bertahan..  sama seperti kasusnya ketika bobotoh tewas di. Jakarta.. persijapun demikian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun