Teknologi terus berkembang dengan pesat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kita nyaris tidak bisa lepas dari perangkat teknologi, terutama gadget seperti smartphone, tablet, dan laptop, dalam keseharian kita. Gadget digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari berkomunikasi, menggali informasi, mencari hiburan, dan lain sebagainya. Kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi dan adanya perangkat yang dapat selalu berada dalam genggaman kita dapat memunculkan rasa ketergantungan.
Ketergantungan pada gadget dapat terjadi secara perlahan dan tanpa disadari. Pada awalnya mungkin gadget hanya digunakan seperlunya saja. Namun, seiring waktu penggunaannya bisa meluas hingga ke aktivitas yang sebenarnya bisa dilakukan tanpa bantuan teknologi. Perasaan tidak tenang saat jauh dari gadget, atau keinginan untuk selalu terhubung dan mendapatkan notifikasi, menjadi pertanda awal dari ketergantungan ini. Ditambah dengan fitur-fitur dalam aplikasi yang dirancang untuk menarik perhatian pengguna terus-menerus, seperti scrolling tanpa akhir di media sosial atau notifikasi yang terus berbunyi, membuat kita merasa ingin terus berada dalam jaringan. Jika hal ini terus terjadi, kita dapat mengabaikan kehidupan di sekitar kita dan terpaku pada dunia maya setiap waktu.
Dampak ketergantungan gadget tidak bisa dianggap sepele. Secara fisik dapat menimbulkan gangguan mata, postur tubuh yang buruk, hingga masalah tidur. Selain itu, secara psikologis dapat menimbulkan stres, kecemasan, bahkan depresi akibat tekanan dari media sosial. Ketergantungan ini juga dapat menciptakan jarak antarindividu. Ketika perhatian kita lebih banyak tertuju pada layar dibandingkan dengan orang sekitar, hubungan kita dengan mereka pun ikut terpengaruh. Komunikasi secara langsung menjadi berkurang dan hubungan antar anggota keluarga atau teman menjadi renggang.Â
Tak jarang kita melihat anak-anak, bahkan balita, yang sudah akrab dengan gadget. Seringkali mereka diberikan tontonan atau game, misalnya dari aplikasi YouTube, sebagai hiburan mereka. Lalu saat mereka dijauhkan sejenak dari gadget dan hiburan itu, mereka menangis dan solusinya kembali pada pemberian gadget lagi. Di sisi lain, anak remaja sampai orang dewasa pun seringkali tidak lepas dari layar. Saat berkumpul bersama teman atau keluarga, banyak yang sibuk dengan ponsel masing-masing. Entah untuk mengecek media sosial, membalas pesan, atau sekadar scrolling tanpa tujuan. Momen kebersamaan yang seharusnya menjadi waktu berkualitas, tergantikan oleh interaksi dengan dunia maya.
Sudah saatnya kita mengambil langkah untuk mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan. Mari mulai dengan membatasi penggunaan gadget dalam sehari dan menggunakan gadget seperlunya saja. Sesekali jauhkan diri kita dari gadget di waktu tertentu, seperti saat makan, saat akan tidur, saat berjalan, atau saat berkumpul bersama orang sekitar kita. Selain itu, luangkan waktu kita untuk beraktivitas tanpa teknologi, seperti membaca buku fisik, berjalan-jalan di luar, atau memulai percakapan secara langsung dengan orang terdekat.
Dengan membiasakan diri untuk menjauh sejenak dari layar, kita bisa kembali menghargai setiap momen yang ada dan membangun interaksi sosial yang lebih bermakna bersama orang di sekitar kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI