Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... Freelancer - engineer

penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pseudo-Culture Masyarakat Hari Ini

1 Desember 2021   13:20 Diperbarui: 1 Desember 2021   13:58 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagaimana kebudayaan itu bekerja dan seperti apa faktor yang menentukan kebudayaan kuat? Pertanyaan saya muncul dari sikap skeptis saya terhadap realitas kita hari ini. Bagaimana terjadi silang sengkarut antara realitas di masyarakat asli yang lahir dari zaman yang berkembang turun temurun dan dimana pencangkokan budaya luar yang masuk dan mencoba menepikan budaya asli. 

Pada dasarnya kebudayaan suatu masyarakat muncul dari kreasi generasi dari zaman ke zaman yang terus memperkembangkan nilai serta filosofis dari kehidupan dimana suatu masyarakat itu tinggal, juga tidak dipungkiri adanya faktor geografis serta pertukaran budaya oleh pendatang -- pendatang yang berhubungan ke masyarkat itu. 

Tetapi pada era sebelumnya budaya luar yang masuk itu masih mempunyai filter tersendiri dari elemen -- elemen masyarakat. Masyarkat memilah serta memilih atau juga mengkombinasikan budaya -- budaya serta nilai -- nilai yang masuk itu seiring dengan kebutuhan zaman yang berkembang di masyarkat. 

Tetapi masyarakat itu masih mempunyai akar yang menjadi dasar pijakan dalam mengkreatifkan perkembangan tersebut. Tidak serta merta menerima begitu saja budaya yang kurang atau tidak cocok juga tidak layak yang mungkin berakibat merusak pola budaya yang ada. 

Memang budaya masyarkat yang kuat didukung oleh faktor alam yang didiami masyarakat itu, bagaimana keadaan sumber daya alam turut mempengaruhi dalam mempertahankan juga memperkembangkan budaya itu. Ini juga didukung oleh sikap kepribadian dan mentalitas suatu masyarakat yakni kekuatan sumber daya manusia yang berhubungan secara dialektis seiring dengan peristiwa -- peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Kedua faktor ini sangat penting sebagai dasar dalam melihat kekuatan budaya suatu masyarkat.

Kalau dilihat dari kedua faktor tadi, dalam perspektif budaya di indonesia. Faktor pertama tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa indonesia sendiri memiliki kelimpahan sumber daya alam, apa yang tidak dimiliki oleh bangsa -- bangsa lain, disini, indonesia kita memilikinya. Tetapi kalau kita lihat dari faktor kedua, yakni sumber daya manusianya, saya agak bimbang dalam menyimpulkan atau menggeneralisirnya. Banyak lapisan -- lapisan yang memang kita mempunyai sumber daya manusia yang tangguh juga ada lapisan yang memang bertolak belakang dari itu. 

Faktor kedua ini saya kira dipengaruhi oleh menipisnya budaya asli kita, atau saya istilahkan "terlepasnya kita dari realitas alam kita sendiri" seiring dengan banjir "air bah" yang tidak terbendung itu, melemahnya sikap mental akibat adanya gep antar generasi sehingga sejarah masa lalu menjadi kabur. pengaruh budaya luar, sistem nilai, juga filosofis yang mungkin tidak sempat lagi kita urai kini masuk dengan Cuma -- Cuma dan mengatur masyarkat kita. 

Ini bisa disebut kolonialisasi atau perpanjangan tangan bangsa yang telah memasukan budayanya ke masyarakt kita. Akhirnya masyarkat kita hanya menjadi bagian dari tangan -- tangan gurita yang digerakan oleh mereka. Ini bisa disebut "penjajahan nilai serta budaya" yang tanpa kita sadari, kita praktekan dalam kehidupan sehari -- hari, oleh pembuat kebijakan, oleh masyarkat di kota, juga masuknya kepedesaan tanpa perlunya kita kritisi kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun