Mohon tunggu...
VanBarts
VanBarts Mohon Tunggu... Seniman - Hanya Orang bodoh yang mau belajar dari siapa saja, termasuk dari orang yang dianggap bodoh sekalipun

LOGIC IS THE PRECONDITION OF FAITH https://vanbarts.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesalahpahaman yang Mengesalkan dalam Berdebat

21 Maret 2019   09:57 Diperbarui: 26 Maret 2019   08:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal yang menggemaskan adalah ketika berdebat dengan pihak yang ingin berdebat, tapi jurang pengetahuan tentang teknik berargumen terlalu dalam disana. 

Jurus paling ampuh adalah menguji validitas argumennya, tapi kendalanya adalah kalau kita menguji validitas argumennya secara ketat, ini bisa dianggap sebagai suatu penghinaan. 

Entah bagaimana hal tersebut bisa demikian, tapi nampaknya pihak yang tidak paham tentang argumen menganggap uji validitas sama dengan usaha membodohi orang lain. 

Dan tahukah kalian, hal ini menjadi lebih sulit lagi ketika harus dihadapkan dengan orang yang kita kenal baik, atau orang yang baik dengan kita, atau orang yang kita hormati. 

Selain di dumay, tak jarang akhirnya memilih untuk diam atau sedikit menahan diri dan membiarkan segala macam logical fallacy yang mereka lakukan berseliweran begitu saja di depan muka, sambil tetap berusaha untuk tersenyum walau terasa pahit di hati.

Hal lainnya yang tidak kalah menggemaskan adalah; karena anda bisa berargumen dengan baik dan benar, maka itu sama dengan anda memiliki banyak (kuantitas) data/informasi/proposisi terkait berbagai pengetahuan. 

Teman, kemampuan berargumen berhubungan dengan kepiawaian menentukan premis - premis yang akan membentuk kesimpulan tertentu. Hal tersebut tidak berhubungan (secara langsung) dengan jumlah pengetahuan yang anda miliki. 

Sedangkan memiliki banyak pengetahuan lebih berguna untuk menilai kebenaran premis, tapi tidak berhubungan dengan validitas suatu argumen. Jadi, menguasai (kuantitas) berbagai pengetahuan, tidak berarti jago berargumen. 

Sebaliknya jago berargumen pun tidak berarti menguasai berbagai pengetahuan. Walau biasanya orang yang paham argumen akan memperkaya pengetahuannya, karena dia sadar bahwa kebenaran premisnya membutuhkan data dan informasi pengetahuan, untuk mendukung validitas argumennya. 

Tapi tidak semua orang yang memiliki banyak pengetahuan, sadar pentingnya memahami argumen (setidaknya sejauh pengalaman beta). Ini artinya mempunyai titel (S1,S2,S3 maupun profesor), memiliki jabatan dan populer sekalipun tidak menjamin orang tersebut bisa berargumen dengan baik. 

Roc*y Ger*ng bahkan seorang dosen Filsafat  (terlepas dari entah dia sengaja atau tidak mengabaikan pentingnnya argumen) , tapi jelas kemampuan berargumennya tidak berbanding dengan gelar keprofesorannya (diasumsikan benar dia seorang profesor).

#CurhatDebater

#LikaLikuBerdebat

#SapotongLalepakBaomong

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun