Akhir bulan lalu sempet nengokin ponakan yang baru lahir. Dia bayi laki2 lucu yang sehat dan jadi primadona banyak ibu2. Ya jelaslah primadona, begitu si debayi nangis hampir semua ibu2 di sekitarnya berebut buat menggendong. Bayi yang belum umur sebulan itu digadang-gadang keliling rumah, bahkan hingga ke jalan raya, sekedar untuk membuatnya tenang. Segala macam jurus lagu dan lawakan dikeluarkan buat menghentikan tangisannya. Jelas aja gak ada yang berhasil.
Akhirnya, masih belum melepas gendongan, sebotol susu formula pun disodorkan.
Bayi menangis bisa karena sakit, mengantuk, popok basah, atau karena lapar. Nah kalo lapar yang jadi alasan, ya cuman ibunya yang bisa menenangkan, yaitu lewat pemberian ASI. Gak ada yang lain, gak boleh. Tapi ini koq justeru direbut dari ibunya, disodorkan macem2 jurus, kecuali pemberian ASI.
Menurut data Susenas 2015, memang baru 1 dari 2 bayi yang menerima ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI tanpa dicampur makanan/minuman lainnya selama 6 bulan pertama kehidupannya. Susenas adalah survei yang dilakukan BPS terhadap 300ribu rumah tangga sampel di seluruh Indonesia. Padahal, hampir seluruh ibu mengaku pernah memberikan ASI buat bayinya. Akan tetapi tidak semua yang bisa konsisten untuk ASI ekslusif. Itulah realita..
Harus disadari, pemberian ASI eksklusif banyak sekali manfaatnya. Berdasarkan pengalaman pribadi, di mana sy bukan expert dalam hal ini, biaya perawatan buat anak ASI eksklusif jauh lebih ringan daripada anak2 yang lain. Ya selain gak harus beli susu formula, juga gak perlu bolak balik ke dokter anak. Alhamdulillah...
...
[08/02/2017]