Mohon tunggu...
Nurul Uyung
Nurul Uyung Mohon Tunggu... Reader and Writer -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyulam Berkah dari Si Cantik Sepatu Sulam

30 September 2016   15:46 Diperbarui: 30 September 2016   17:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Di salah satu sudut kota kecil di Pasuruan, Provinsi Jawa Timur tepatnya di kota Bangil yang terkenal dengan ikon “Kota Santri”, terdapat sebuah sentra kerajinan sepatu. Sepatu yang dihasilkan dari sentra kerajinan ini bisa dibilang unik dan lain daripada yang lain. Selain dibuat secara manual oleh tangan-tangan terampil generasi muda yang ada di kota itu, juga memanfaatkan seni kerajinan tangan. Pada awalnya, pengrajin disana memproduksi sepatu memakai aplikasi seni kerajinan tangan bordir dengan model flatshoes. Beberapa tahun kemudian, pengrajin melakukan inovasi dengan memakai aplikasi seni kerajinan tangan sulam. Seni sulam yang biasanya diaplikasikan pada pakaian wanita, sapu tangan, kerudung dan taplak ini, kini telah mereka tuangkan dalam sebuah sepatu. Pengrajin berpikir dengan inovasi baru ini, pemakainya menjadi tampak semakin cantik dan mewah.

Proses awal pembuatan sepatu sulam ini dimulai dari selembar kain katun atau satin dengan pilihan warna apa saja sesuai permintaan. Kain kemudian digambar mengikuti pola sepatu pada umumnya. Diatas pola sepatu lalu digambar sketsa dengan bentuk bunga dan daun. Dari sketsa itu, pengrajin mulai memainkan tangannya menyulam satu per satu mengikuti sketsa. Untuk motif bunga pengrajin memakai benang khusus sulam dengan warna-warna yang cerah, seperti merah, merah muda, ungu, orange, kuning dan biru. Dan untuk motif daun, pengrajin memakai benang warna hijau, dari yang muda sampai yang tua. Untuk sebuah sepatu, pengrajin bisa mengerjakan dalam waktu 1 sampai 2 hari. Pengerjaan sepatu ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran pengrajinnya. Setelah disulam, kain lalu dipotong mengikuti pola dan disatukan dengan bagian-bagian yang lain termasuk bagian sol sepatu. Untuk hasil akhir, mereka membungkusnya dengan plastik.  

Seiring perkembangan dunia fashion wanita yang selalu ingin tampil menawan serta mewah, dan minat kalangan muda akan sepatu model wedges yang kekinian, telah menginspirasi pengrajin sepatu yang masih belum diberi label ini. Sepatu yang awalnya dibentuk dengan tampilan flatshoes yang memakai sol sepatu tipis, kini juga mulai memproduksi model wedges dengan heels antara 5 sampai dengan 7 centimeter. Ukuran sepatu disesuaikan dengan ukuran kaki wanita, antara 36 sampai dengan 40. Pengrajin juga melayani pemesanan sepatu sesuai ukuran kaki konsumen. Perubahan tampilan sepatu ini tidak lantas membuat pasar sepatu sulam menjadi sepi. Permintaan akan sepatu sulam baik flatshoes maupun wedges tetap ada, bahkan dari hari ke hari semakin banyak.

Pemasaran sepatu yang awalnya hanya dikirim ke Pulau Dewata Bali mengikuti jejak produk awal pengrajin yaitu sepatu bordir ini, kini sudah mulai tersebar ke hampir seluruh Indonesia. Upaya pemasaran yang dilakukan pengrajin selain dari mulut ke mulut, mereka juga telah menggunakan media sosial seperti BBM dan menggunakan jaringan penjualan dengan sistem reseller. Peran pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Disperindagkop & UMKM) mempunyai bagian yang cukup besar untuk membantu pengrajin dalam membimbing manajemen usaha, mempromosikan dan memasarkan produk sepatu sulam ini. Dengan program yang dimiliki Disperindagkop & UMKM dimungkinkan dapat mengangkat produk rumahan ini ke khalayak umum yang lebih luas, dengan cara mengikutsertakan pada acara pameran seni dan kreativitas maupun acara-acara lainnya. Harapan besar di kemudian hari, dengan sepatu cantik ini dapat menyulam berkah dan rejeki bagi pengrajin, agen maupun penjual ecernya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun