Alkisah di bumi manapun di negeri ini, dari kota sampai desa, para pencinta gaya begitu luar biasa menyalurkan hobbynya. Ada seorang teman yang rela menggadaikan gajinya sampai pensiun untuk memenuhi gaya hidupnya, karena tanpa alasan penting mengabaikan kepentingan keluarga demi sebuah alasan yakni gaya 'wah' maka dikreditlah rumah dan mobil untuk memenuhi gayanya.Â
Ketika berkunjung ke rumahnya yang super wah itu, terlihat anaknya makan nasi yang disiram minyak jelantah. Dan anaknya yang masih balita kerap kali mendapat amarah bila meminta lauk yang lebih layak pada ibunya.
Miris dan sedih melihat fenomena itu karena selama berbulan-bulan bahkan sudah tahun berganti, anaknya itu makin kucel dengan tampilan kurang gizi. Dan banyak lagi kejadian aneh karena gaya, ada aja ibu-ibu yang menegur kawannya yang sederhana dengan kata kasian kuno, well mana yang kuno sebenarnya ini, orang yang memaksakan diri dianggap kaya solah-olah, atukah memilih hidup sederhana.
Tidak usah malu tampil sederhana, kendaraan apa adanya, dari pada mewah tetapi hanya seolah-olah saja. Hidup susah karena gaya. Sudah ada kelainan jiwa bila lebih nyaman hidup dalam keseolah-olahan ketimbang dunia nyata yang sederhana.
Memetik satu kata jangan licin rambut karena minyak orang, maka pada diri pribadi teruslah belajar menelaah diri, bila ada yang kurang karena gaya kurang, yaah biarin aja lah. Yang perlu diperbaiki adalah sikap open heart  untuk menerima keadaan dengan rasa syukur, dan melupakan hidup pura-pura kaya tapi penuh sangkut-pautan, yang efeknya adalah malas, angkuh dan kesengsaraan akibat  'yang penting gaya' .