Gosipnya mitra koalisi Prabowo Subianto mulai pindah "kelain hati"setelah tahu bahwa gelagatnya KPU akan mengalahkan Prabowo Subianto.
Hal tersebut makin nampak ketika ada sebagian mitra koalisi Prabowo Subianto yang duduk di DPR menolak usulan pembentukan PANSUS kecurangan PEMILU terkhusus Pilpres 17-4-2019.
Terlepas benar tidaknya gossip tersebut,yang jelas "politik" semakin menunjukkan watak aslinya yaitu soal "kepentingan".
Tidak ada kawan abadi dan tidak ada lawan abadi ,yang ada adalah kepentingan abadi.
Dengan dibungkus lebih mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia,mitra koalisi Prabowo Subianto mulai undur diri dan pindah ke lain hati.
Apa jadinya bila terjadi "People Power?",siapa yang bisa menjamin bahwa PP tersebut berlangsung secara legal,damai,terkendali dan mentaati rambu rambu yang berlaku??.
Apa jadinya bila terjadi People Power yang "anarkhis??" Karena munculnya barisan penyusup yang tidak menginginkan Indonesia aman tentram.
Para penyusup tersebut punya agenda khusus yang ingin menjadikan Indonesia seperti Timur Tengah yang selalu terjadi kerusuhan,perang saudara dan ujung ujungnya juga rakyat sendiri yang jadi korban.
Narasi yang dibangun mitra koalisi Prabowo Subianto yang mau pindah kelain hati memang terlihat bagus dan mulia,bahwa kemudian mendapatkan imbalan berupa remah remah kekuasaan dan harta ya sah sah saja.
Intinya adalah dengan berpindahnya mitra koalisi Prabowo Subianto kelain hati TIDAK AKAN merubah tekad bulat Prabowo Subianto untuk memperjuangkan nilai nilai luhur bangsa Indonesia.
Bagi Prabowo Subianto kecurangan Pilpres yang terstruktur,sistemik dan massive tersebut telah mencederai nilai nilai luhur bangsa Indonesia yang lebih mengedepankan sikap mulia.