Pertambahan penderita HIV-AIDS di Indonesia saat ini tertinggi di Asia.
Disaat Thailand,Kamboja,Vietnam,Philipina dan Negara Asia lainnya sukses menghambat penyebaran penyakit HIV-AIDS,yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya,bisa dikatakan semakin mencekam,mengkhawatirkan bahkan terkesan tidak terkendali.
Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa hubungan sex yang tidak "sehat",penggunaan jarum suntik dikalangan pengguna NARKOBA yang bergantian (satu jarum suntik digunakan secara bersama sama) menjadi faktor utama penyebaran /penularan virus HIV-AIDS.
Artinya sejak awal kelompok resiko tinggi terjadinya penularan virus HIV-AIDS sudah terdeteksi,yaitu PSK,Gay,Pengguna NARKOBA lewat suntikan,pelaku sex bebas/gonta ganti pasangan.
Cara pencegahannya juga sudah diketahui,tinggal pelaksanaan dari pencegahan tersebut yang belum berhasil sementara di banyak Negara sangat berhasil padahal kondisinya mirip dengan Indonesia,yaitu banyak kelompok resiko tinggi tertular virus HIV-AIDS.
Di Indonesia terjadi "resistensi" oleh oknum pemuka agama terhadap kampanye pencegahan penularan virus HIV AIDS.
Seolah dengan kampanye penggunaan kondom pada hubungan sex yang tidak sehat sebagai bentuk "legalisasi"hubungan sex yang tidak sehat tersebut.
Artinya apa??kalau di banyak Negara kampanye penggunaan kondom (sebagai misal) mendapatkan dukungan seluruh element masyarakat,bahkan para PSK diwajibkan dan mewajibkan penggunaan "kondom".
Yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya,ada resistensi bahkan disertai demonstrasi massal terhadap kampanye penggunaan kondom.
Akan lebih baik bila para pemuka agama diberi penjelasan bahwa para "Ilmuwan" dibidang kesehatan juga termasuk pewaris para Nabi dan Rasul.
Karena saat ini Nabi dan Rasul sudah tidak ada,maka tempat bertanya dan mohon petunjuk ya lewat para "Ilmuwan"tersebut,terkhusus "Ilmuwan" dibidang kesehatan bila menyangkut penyakit HIV AIDS.