Kalau akhir akhir ini Amin Rais lebih banyak tampil di Jawa Barat,Jakarta,dan Jawa Tengah,bisa jadi memang ada kaitannya dengan musim PILKADA disitu.
Kelompok Oposisi yang jarang dapat porsi pemberitaan di media arus utama,kalaupun dapat juga cenderung "negatif"jelas butuh "jurkam"andalan agar jagonya bisa menang.
Memang tidak secara"eksplisit"Amin Rais mengarahkan dukungannya ke figur tertentu,tapi jelas mudah ditafsirkan untuk mendukung figur tertentu tsb.
Itulah hebatnya Amin Rais,tidak ada kesan mengarahkan,apalagi memerintahkan tapi para pemerhati sudah tersugesti untuk cenderung ke figur tertentu.
Amin Rais seorang "Maha Guru"tapi dalam berbicara tidak "menggurui" apalagi "membodohi",yang dilakukan Amin Rais cuma membuka kesadaran berpikir secara logis,membuka wawasan pendengarnya,dari situ tumbuhlah kesadaran untuk "bertindak"dengan kesadaran sesadar sadarnya.
Amin Rais bukan tipe indoktriner,diktator yang suka memaksakan kehendaknya,Amin Rais lebih tepat sebagai seorang "motivator" tingkat tinggi,sebab Amin Rais dalam berbicara cenderung memposisikan diri sederajat,bersahabat dan mengajak untuk bersikap "sejuk".
Kelompok Oposisi miskin "amunisi"dalam serba keterbatasan tersebut mendapatkan sosok Amin Rais yang tampil soft,smart,dan hebat.
Jelas sebagai "Jurkam"dadakan ,Amin Rais tidak mencari bayaran,karena memang Amin Rais bukan tipe sosok "bayaran",maju tak gentar membela yang bayar bukanlah tipenya Amin Rais.