Kekerasan sejatinya bisa terjadi dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja dengan korban sipapun bisa. Menjadi menarik karena aksi kekerasan tersebut terjadi di gereja dengan korbannya seorang pastur sedang pelakunya seorang yang rajin ke "masjid".
Dari situ muncullah tudingan miring tentang radikalisme,terorisme,intoleran dsb terhadap si pelaku. Soal betul atau tidak tudingan tersebut ya tergantung siapa yang menuduh,motifnya apa sang menuduh tersebut.
Yang jelas terjadi beda penilaian terkait aksi kekerasan yang menelan korban,bila korbannya "ustadz"maka pelakunya disebut orang Gila. Bila korbannya pastur dan terjadi di gereja maka pelakunya disebut : radikal,intoleran,ekstrimis,teroris dsb bila pelaku tersebut beragama islam dan berpakaian model Timur Tengah.
Mungkin bila korbannya di jalanan ,bila pelakunya tertangkap dapat sebutan kriminal biasa saja. Intinya adalah telah terjadi tindak kekerasan terhadap seorang pastur dan berlangsung di gereja. Akibat tindakan tersebut kemudian ditafsirkan beragam sesuai motivasi dan fantasi si penafsir. Lalu kejadian tersebut di "blow up" sedemikian rupa sehingga menimbulkan kehebohan....